Metro Kendari

Kreatifitas Olahan Sagu Raih Omset Puluhan Juta Perbulan

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sagu dikenal sebagai bahan baku makanan tradisional yang cukup terkenal tidak hanya di Sultra melainkan disejumlah provinsi ditanah air.

Di Sultra sendiri, Sagu atau yang akrab juga dengan istilah Tawaro sudah ada sejak abad ke 7 dan berkembang pada abad ke 15 hingga kini.

Oleh masyarakat, sagu tidak hanya dijadikan bahan makanan tradisional saja, tetapi berkembang menjadi bahan olahan aneka kreasi untuk berbagai kebutuhan pangan.

[artikel number=3 tag=”kreatifitas,sagu,omset,” ]

Hajar Hasyim, seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Mata Kecamatan Kendari, sukses dengan kreatifitas olahan sagunya menjadi bahan makanan dengan omzet menjanjikan.

Ditangan wanita 43 tahun ini, sagu bisa diolah menjadi produk jajanan dan cemilan seperti abon ikan tuna, bakso ikan tuna, naget ikan tuna, otak-otak ikan tuna, keripik cumi, kerupuk amplang, chips sagu kelor, biskuit sagu coklat dan biskuit sagu original serta brownies sagu.

Semua produk pangan diatas bahan dasar utamanya yang digunakan adalah 100 persen sagu murni. Jadi, bahan makanan sagu kini tak lagi hanya sekedar dibuat sinonggi, kapurung, sinole dan bagea.

Dengan usahanya itu,
Hasyim bisa meraup omzet Rp30 sampai Rp35 juta setiap bulannya. Padahal diawal usahanya tahun 2016, ia hanya memiliki modal sekitar Rp10 Juta.

“Saya mulai mencoba usaha ini tahun 2016, namun baru berkesempatan launchingnya tahun 2018, sekaligus memperkenalkan ke khalayak umum kegiatan usaha yang dirintisnya yang diberi nama kelompok Sagu usaha meambo food,” ungkapnya.

Wanita berjilbab ini membeberkan, alasan sampai tertarik mengembangkan bisnis olahan sagu hingga menjadi berhasil meraup pendapatan besar, dimana
awalnya kehadiran lembaga organisasi PBB yang mengurusi soal pangan dunia dan pertanian Food and Agriculture Organization (FAO) hadir di kota Kendari.

Lembaga ini kemudian berinisiatif memberi pelatihan cara efektif mengolah bahan sagu lokal menjadi produk pangan bermutu seperti jajanan dan cemilan yang bernilai jual di masyarakat.

Dirinya sangat bersyukur perwakilan FAO, menularkan ilmu kreatifitas sehingga bisa menyulap bahan sagu lokal menjadi cemilan dan jajanan enak berkualitas.

“Pokoknya kalau bicara rasa jangan khawatir produk pangan saguku dari soal rasa tidak kalah dengan kue-kue pabrikan yang dijual di toko ataupun di swalayan pada umumnya,” katanya saat ditemui di kediamannya, Kelurahan Mata, Kecamatan Kendari, Kamis (21/02/2019).

Saat ini produk pangan yang dihasilkan oleh Sagu Meambo Food tidak hanya dijajakan di rumahnya akan tetapi sudah di pasarkan beberapa toko dan swalayan yang ada di Kota Kendari.

Produk sagu Meambo, perlahan sudah menjangkau pasaran luar kota Kendari. Harapannya produk lokal itu, bisa lebih dikenal dan memenuhi permintaan konsumen pasar nasional dan internasional. Penjajakan untuk target itu diupayakan bisa menjadi ikon souvenir (oleh oleh) untuk warga pendatang dari luar kota.

Berkat usaha yang ditekuninya, Ibu Hajar sudah banyak mengikuti pameran seperti pameran Nusa yang diadakan di Jawa Timur belum lama ini.

“Disitulah ada investor dari Jawa yang menawar kerjasama dengan kelompok kami, namun untuk menjalin kerjasama ini kita sedang berupaya mengurus izin sertifikasi halal,” pungkasnya.

Reporter : Ningsih
Editor : Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button