Ekobis

Bulan Maret Kendari Terjadi Deflasi

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra merilis perkembangan ekonomi kota Kendari per Maret 2019.

Laporan ekonomi bulan Maret kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,24 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 129,05.

Selain kota Kendari deflasi juga tercatat di Tual (Provinsi Maluku) 3,03 persen dengan IHK 154, 23, deflasi terendah tercatat di Palembang (Provinsi Sumatera Selatan), Batam (Provinsi Kepulauan Riau), dan Sampit (Provinsi Kalimantan Tengah) masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing 131,94, 137,48 dan 138,61.

[artikel number=3 tag=”bps,ekonomi,” ]

Kepala BPS Sultra, Moh Edy Mahmud, menjelaskan secara nasional dari 82 kota di Indonesia, ada 31 kota tercatat mengalami deflasi dan 51 kota lainnya tercatat inflasi.

”Deflasi yang terjadi di kota Kendari disebabkan turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,75 persen. Kelompok yang mengalami inflasi adalah kelompok kesehatan 1,11 persen; transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,51 persen; sandang 0,21 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,06 persen; serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,02 persen. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan atau relatif stabil,” jelasnya.

lebih lanjut dijelaskan, Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/inflasi) di tingkat konsumen, khususnya didaerah perkotaan.

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

”Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS),” ungkapnya.

Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang.

“Perubahantersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK” ujarnya.

SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar lainnya. Dari 82 kota tersebut, 66 kota merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 merupakan kota
baru.

Survei tersebut hanya dilakukan di daerah perkotaan (urban area) dengan total sampel sebanyak 13.608 Blok Sensus dan total sampel rumahtangga sebanyak 136.080. SBH 2012 dilaksanakan secara triwulanan selama tahun 2012 sehingga setiap triwulan terdapat 34.020 sampel rumahtangga.

Reporter: Anca
Editor: Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button