Sejumlah Massa Geruduk Kejati Sultra, Tuding Lambat Tangani Kasus Korupsi dan TPPU Komisaris PT LAM

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa di Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Senin (28/4/2025) ricuh. Massa membakar ban, memanjat pagar, dan mendobrak gerbang berulangkali karena pintu masuk ditutup rapat.
Ratusan massa mendatangi kantor Kejati Sultra sekitar pukul 11.00 Wita. Sesampainya di sana, mereka melakukan orasi secara bergantian. Massa juga membakar ban di depan gerbang yang menyebabkan gumpalan asap membumbung tinggi di udara.
Jenderal Lapangan, Muh. Ikbal, mengatakan, Kejati Sultra telah menetapkan sejumlah tersangka dalam kasus korupsi di Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Antam di Blok Mandiodo, Kabupaten Konawe Utara (Konut). Tiga diantaranya berasal dari PT Lawu Agung Minning (LAM), yakni pemilik PT LAM (Windu), Direktur PT LAM (Ofan Sofian) dan pelaksana lapangan PT LAM (Glenn Ario Sudarto).
Hanya saja, kata Muh. Ikbal, ia menyayangkan langkah Kejati Sultra yang belum memberikan kepastian hukum terhadap Komisaris PT LAM, Tan Lie Pin. Padahal, komisaris ini diduga kuat terlibat dalam kasus tersebut, baik dalam hal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan korupsi.
“Berdasarkan fakta persidangan, Komisaris PT LAM, Tan Lie Pin telah memerintahkan dua anggotanya untuk membuka rekening yang dijadikan tempat menampung uang hasil kejahatan. Jadi, TPPU-nya masuk, korupsinya juga masuk,” katanya.
Muh. Ikbal menjelaskan, mereka telah bertemu dengan penyidik Kejati Sultra. Tetapi, tidak ada kejelasan dan mereka hanya dijanji-janji saja terkait pengembangan kasus tersebut.
“Makanya kami akan laporkan penyidiknya karena kasus ini sudah bergulir sejak 2022, tapi hanya sabar, sabar, dan sabar yang dijanjikan ke kami,” kesalnya.
Sementara itu, Kasi V Intelejen Kejati Sultra, Ruslan menerangkan, kasus yang menyeret nama Tan Lie Pin ini terus bergulir. Pihaknya memastikan akan menindak tegas setiap pelaku kejahatan apalagi merugikan keuangan negara yang ditaksir mencapai Rp5,7 triliun.
“Tan Lie Pin masih kami periksa. Intinya kasus ini dalam tahap penyidikan dan sedang berproses,” pungkasnya. (cds)
Reporter: Dandy
Editor: Wulan