Metro Kendari

Forhati Sultra Diskusi Online: Kedaulatan Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Majelis Wilayah Forhati Sultra, menggelar diskusi via online terkait kedaulatan ekonomi pasca pandemi covid-19.

Diskusi dilakukan secara virtual (online) via Zoom Meeting, dipandu moderator oleh Musyida Arifin. Diawali dengan sambutan koordinator presidium MW KAHMI Sultra, Abdul Kadir.

Abdul Kadir mengatakan rapat online menganglat isu soal situasi pandemi dari sektor ekonomi dan pangan.

“Diskusi serial dua kali ini dengan tema menanggapi potensi penguatan ekonomi di masa pandemi melalui pangan lokal serta menanggapi kebijakan pemulihan ekonomi dimasa pandemi,” ujarnya.

Narasumber, Dr. Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif INDEF, dalam materinya mengkritisi kebijakan dan pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi.

Dr. Tauhid Ahmad menyampaikan beberapa tantangan yang akan di hadapi Indonesia dalam new normal ekonomi era pandemi yakni dengan kemampuan dan kemauan rumah tangga untuk konsumsi dan keseimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah untuk belanja kesehatan dan pemulihan ekonomi, kemerosotan bisnis dan investasi yang lebih rendah.

Sementara itu, narasumber selanjutnya dari Bupati Buton Utara, Abu Hasan dalam materinya yakni penguatan ekonomi berbasis potensi lokal di asa pandemi.

Selanjutnya, Kepala PSP3 IPB, Dr. Sofyan Syaf, dengan materi terkait kedaulatan pangan dari Desa.

Dr. Sofyan syaf menyampaikan beberapa fakta miris, akar permasalahan ekonomi dan pangan yakni fakta bahwa desa sebagai tempat atau lokus produksi dan reproduksi pangan serta pertanian sebagai basis ekonomi rumah tangga.

“Sekitar 73,14% pertanian, 15,11% dati total desa dan kelurahan tidak pernah ditatakelola dengan baik oleh pemerintah. Sebaliknya, fakta impor pangan tidak pernah berhenti. Akibatnya desa-desa tersebut identik dengan ketertinggalan dan kantong kemiskinan,” paparnya.

BACA JUGA :

Lanjutnya, tenaga kerja muda (produktif) di pedesaan tidak tertarik pertanian dan bermigrasi ke kota 61,8% petani berusia diatas 45 tahun dan 12,2% petani berusia dibawa 35 tahun, terjadi pelemahan obyek maupun subyek pangan (reforma agraria).

Mandeknya kebaruan pendekatan dalam pembangunan pertanian di pedesaan.

Selain itu beliau juga menyampaikan langkah menata kedaulatan pangan dari desa yakni lakukan tatakelola pembangunan pertanian berorientasi kedaulatan pangan.

Setelah penyampaian materi di buka sesi tanya jawab dari para peserta diskusi online.

Kegiatan ini dihadiri oleh majelis wilayah dan daerah Forhati Kalsel, Sumut, dan Papua serta dari MW KAHMI dan MD se-Sultra serta beberapa dosen dari Universitas Haluoleo, Universitas Brawijaya, IPB dan Universitas Islam solo.

Reporter: Sesra
Editor: Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button