HeadlinePolitik

Dilema Pilgub Sultra Antara Kotak Kosong dan Borong Partai

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah semakin dekat, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sultra, maka Bakal Calon (Balon) yang memiliki pintu Partai Politik (Parpol) sudah bisa mendaftarkan diri pada tanggal 8 Januari 2018 mendatang.
Politik memang penuh dengan misteri dan bisa berubah kapan saja, dalam hitungan hari, jam bahkan menit. Kurang lebih sepekan jelang pendaftaran di KPU, balon kuat dengan mengantongi tujuh sekaligus rekomendasi parpol yakni pasangan Asrun-Hugua, sementara balon lainnya seakan redup.
Selain balon Asrun-Hugua, yang sudah jelas memenuhi syarat parpol yakni balon Ali Mazi-Lukman Abunawas, meskipun sebelumnya pasangan ini mendapatkan ketidak jelasan melalui komentar yang dikatakan langsung oleh Ketua DPD I Partai Golkar, Ridwan Bae. Dalam pernyataannya, Ridwan sudah sering menegaskan jika pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas bisa saja tidak didukung oleh Partai Golkar karena sejak awal partai ini tidak setuju jika Lukman Abunawas yang mendampingi Ali Mazi. Pasalnya, Partai Golkar sudah mengusulkan tiga nama dari kader Golkar yang akan menjadi pasangan Ali Mazi.
Menanggapi hal tersebut, nampaknya Ali Mazi sangat santai dan Ia optimis jika akan mendaftar pada tanggal 8 Januari mendatang bersama wakilnya.
“Biasalah itu komentar Ridwan Bae, sampai saat ini saya masih direkomendasikan Partai Golkar dan Partai Nasdem, sehingga untuk syarat pintu kami sudah memenuhi, “ katanya.
Dikatakannya, jika saat ini Ia dan pasangannya akan terus maju dan optimis bisa terpilih dalam Pilgub Sultra. “Rakyat sekarang sudah cerdas, kalau masalah ada balon lain yang borong partai itu tidak masalah bagi kami, karena rakyat juga sudah tahu siapa yang pantas memimpin, “ujarnya.
Selain balon Ali Mazi-Lukman Abunawas, terdapat pula balon Rusda Mahmud-Syafei yang beberapa waktu lalu mendapatkan rekomendasi dari Partai Demokrat, dengan syarat hingga tanggal 30 November 2017 lalu, pasangan ini harus mendapatkan partai koalisi karena Partai Demokrat hanya memiliki perolehan enam kursi di DPRD Sultra, masih kurang tiga kursi lagi agar bisa mengusung satu pasang calon. Namun, hingga batas waktu yang ditentukan pasangan Rusda-Syafei belum mendapatkan partai koalisi.
Sayangnya, saat Detiksultra.Com mencoba untuk klarifikasi terhadap Ketua DPD Partai Demokrat Sultra, Muhamad Endang, sama sekali tidak memberikan respon.
Pengamat Politik Universitas Halu Oleo (UHO), Najib Husein, sejak awal telah meramalkan jika Pilkada di Sultra bisa mengulang sejarah Pilkada Kabupaten Buton yakni melawan kotak kosong.
“Sudah saya ramalkan, balon di Sultra akan ada yang memborong partai, sehingga jika hal ini terjadi maka akan mengulang sejarah di Buton, dimana calon bupati dan wakilnya saat itu melawan kotak kosong, “katanya.
Dikatakannya, hal itu memang wajar karena bagaimana pun telah diatur jelas dalam Undang-undang yang disayangkan Najib yakni figur lain yang sejak awal telah mewacanakan untuk tampil di Pilkada Sultra terkesan lambat dalam membangun komunikasi dengan parpol, sehingga hanya satu figur yang mampu menguasai dan meyakinkan para pemegang kursi.
Upaya yang dilakukan oleh Asrun-Hugua dengan memborong hampir semua partai pemilik kursi, dinilai Najib sebagai hal yang wajar karena hal tersebut bagian dari strategi untuk bisa memenangkan pilkada. Hanya saja, jika figur yang ditampilkan tunggal atau head to head, rakyat juga tentu akan kebingungan karena tidak memiliki banyak pilihan figur.
Sementara itu, salah seorang Balon Gubernur Sultra, Supomo mengatakan terkait adanya pasangan yang memborong partai sehingga akan memungkinkan terjadinya pilkada melawan kotak kosong merupakan hal buruk.
“Terkait pasangan yang memborong partai, artinya pilkada melawan kotak kosong, ini merupakan hal yang buruk namun kita kembalikan kepada masyarakat lagi, apakah akan membiarkan hal ini terus terjadi dan mewarisi genarasi kedepannya, “tukasnya.
Ia pun masih berharap agar di Sultra tidak terjadi pilkada melawan kotak kosong, sehingga masyarakat masih memiliki harapan untuk memiliki pilihan calon mana yang diharapkan, bukan hanya calon tunggal.
Reporter: Ilmi
Editor: Ann

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button