KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sinonggi adalah makanan khas suku Tolaki dari Sulawesi Tenggara, yang terbuat dari pati sari sagu.
Sinonggi hadir dalam kehidupan masyarakat Tolaki sejak ratusan tahun silam. Diwariskan turun temurun, sinonggi sudah menjadi identitas kebudayaan Tolaki. Jenis santapan ini sudah menjadi makanan keseharian suku Tolaki sama halnya dengan beras.
Salah seorang pemuka adat Tolaki, Besse(86), mengungkapkan bahwa, sinonggi merupakan aspek atau identitas penting dalam budaya masyarakat Tolaki Sultra.
“Jadi kalau kita berbicara tentang sinonggi banyak makna yang tersirat salah satunya adalah mempererat tali silaturahmi antar sesama melalui acara menyantap sinonggi secara bersama-sama (mosonggi),” jelasnya, Kamis(8/8/2019).
[artikel number=3 tag=”sagu,sinonggi”]
Dikutip dari wikipedia.com bahwa mitos sinonggi pada awalnya berasal dari pohon sagu yang tumbuh dengan alami di perkampungan Kuko, hulu Sungai Konaweha yang kini bernama Latoma Tua. Dalam bahasa Tolaki, ia disebut sowurere, artinya kampung yang ditumbuhi ribuan pohon sagu. Lokasinya di dekat Tongauna, Kecamatan Ulu Iwoi, Kabupaten Kolaka. Meski begitu, ada juga yang menyatakan sebetulnya dari Maluku lah pohon sagu tersebut berasal.
“Bagi Suku Tolaki, sinonggi merupakan makanan pokok yang melambangkan identitas dan kebersamaan masyarakat tolaki, akan tetapi kini telah mengalami pergeseran makna sebagai pemuas kebutuhan dan bersaing dengan nasi,” pungkasnya lagi.
Terkait hal tersebut dirinya pun menjelaskan, bahwa masyarakat Tolaki lama mengadopsi kata sinonggi dari kata awal yaitu posonggi.
“Yang dimana Posonggi dalam bahasa Tolaki merupakan alat yang digunakan untuk mengambil makanan, seperti sumpit dari bambu. Adapun seiring perkembangan zaman, sumpit menjadi langka. Pada saat makan, banyak orang Tolaki lebih suka langsung menggunakan tangan atau memakai sendok,” jelasnya.
Reporter : Gery
Editor : Sumarlin