Baubau

BMKG Stasiun Betoambari Prediksi Hujan Bakal Sering Guyur Kepton

Dengarkan

BAUBAU, DETIKSULTRA.COM – Beberapa hari terakhir ini, hujan dengan intensitas sedang hingga deras terjadi dengan durasi yang cukup lama di Sulawesi Tenggara, utamanya wilayah Kepulauan Buton (Kepton). Hal ini menjadi fenomena menarik, sebab hujan tetap terjadi meski telah memasuki musim kemarau.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Betoambari, Hadi Setiawan mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menjadi alasan hujan tetap turun meski telah memasuki musim kemarau. Pertama, la nina menjadi indikator peningkatan uap air di wilayah Indonesia dan menjadikan atmosfer lebih basah dibanding kondisi normal. Hal ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan pada musim kemarau seperti saat ini. Kedua, suhu muka laut yang hangat di wilayah perairan Indonesia menjadi faktor penguat la nina untuk memberikan potensi pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.

“Akhirnya, meskipun kita mengenal adanya musim hujan dan musim kemarau, tapi setiap tahunnya memiliki keragaman cuaca. Baik pada awal musim maupun sifat dan durasinya. Sebab, iklim di Indonesia juga dipengaruhi oleh iklim global,” ungkapnya pada Detiksultra.com di kantornya, Senin (20/6/2022).

Misalnya saja, Indonesia pernah mengalami kondisi musim kemarau yang datang lebih awal dengan durasi yang lebih panjang dari kondisi normalnya pada tahun 1997 dan 2015. Begitu pula dengan musim kemarau yang datang terlambat dan banyak terjadi hujan sepanjang musim kemarau pada tahun 1998, 2010, 2020, dan 2021. Kondisi ini disebabkan oleh fenomena la nina. Saat ini, indeks keberadaan la nina melemah, kendati begitu masih berpotensi menyebabkan hujan.

Tahun ini, sebagaimana diprediksi BMKG sejak Maret lalu, kemarau akan datang terlambat, dan hujan akan masih sering terjadi di sepanjang musim Kemarau.

“Prakiraan hujan bulanan yang dikeluarkan BMKG menunjukkan bahwa di sebagian besar wilayah Indonesia, hujan sepanjang Juni-Agustus akan terjadi dengan intensitas di atas normal,” imbuhnya.

Ia menambahkan, selama indeks la nina belum kembali netral dan suhu air laut masih hangat, maka pihaknya memprediksi hujan masih akan tetap terjadi hingga Oktober mendatang. (bds)

Reporter: Surahman Djunuhi
Editor: Wulan Subagiantoro

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button