Konawe Selatan

Kejari Konsel Selesaikan Kasus Penganiayaan Anak di Laonti Lewat Restorative Justice

Dengarkan

KONAWE SELATAN, DETIKSULTRA.COM – Kejaksaan Negeri (Kejari) Konawe Selatan (Konsel) berhasil menyelesaikan kasus penganiayaan anak yang terjadi melalui pendekatan restorative justice (RJ), Selasa 20 Agustus 2024.

Restorative Justice dalam kasus ini didasarkan pada Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif dan Surat Edaran JAMPIDUM Nomor B-4301/E/EJP/9/2020. Setelah melalui tahapan yang cermat dan mempertimbangkan kepentingan para pihak serta dampak sosial.

Berdasarkan hasil ekspos restorative justice telah disetujui oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum) dan Direktur TP Oharda Kejaksaan Republik Indonesia.

Kasus yang menjadi objek restorative justice ini melibatkan tersangka Supriyanto Als. Santo bin Siola, seorang penjaga alat berat yang melakukan tindakan penganiayaan terhadap seorang anak bernama Muhammad Harun AR. Rasyid pada 27 Mei 2024 di Desa Kandono, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan.

Tindakan ini dilakukan sebagai reaksi spontan Supriyanto terhadap insiden bullying yang dialami oleh anaknya. Meskipun tindakan tersebut menyebabkan luka ringan pada korban, proses hukum yang ada tetap berjalan hingga tahap mediasi melalui restorative justice.

Proses mediasi sebelumnya dilakukan pada Senin, 5 Agustus 2024 bertempat di Aula Kejari Konsel dihadiri oleh jaksa fasilitator, penyidik, korban, keluarga korban, tersangka, keluarga tersangka, dan tokoh masyarakat.

Dalam proses tersebut, semua pihak sepakat untuk menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan, di mana korban dan keluarganya memaafkan perbuatan tersangka.

Kepala Kejaksaan Negeri Konawe Selatan, Ujang Sutisna mengatakan bahwa penerapan restorative justice ini merupakan wujud dari pendekatan humanis dalam penegakan hukum yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat serta memberikan kesempatan bagi tersangka untuk memperbaiki diri tanpa harus menjalani hukuman penjara.

“Keberhasilan penerapan restorative justice dalam kasus ini menunjukkan peran penting dari pendekatan hukum yang lebih inklusif, yang tidak hanya berfokus pada penjatuhan hukuman tetapi juga pada upaya memperbaiki hubungan antar individu dalam masyarakat,” ungkapnya. (bds)

Reporter: Sainal
Editor: Biyan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button