KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Merangkul Kaum milenial dalam panggung politik bukan merupakan hal yang baru bagi Partai Politik (Parpol) untuk menjaring suara dalam momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Pengamat Politik Sultra, Najib Husen menerangkan bahwa kelompok milenial merupakan kelompok strategis yang sebelumnya dianggap tidak begitu penting keberadaanya dalam Pilkada/Pemilu.
“Kenapa dianggap strategis, karena ketika kita mendapatkan kelompok milenial maka pertarungan (kampanye) didunia maya/media sosial sangat membantu seorang kandidat,” ujar Najib (21/12/2019).
BACA JUGA:
Akademisi UHO tersebut bahkan menjelaskan secara tidak langsung kaum milenial menjadi mesin politik untuk “dijual” kepada para pemilih, dan potensi ini hanya dimiliki kaum milenial bukan pada mereka yang berusia lebih tua dari milenial, terutama yang gagap teknologi (gaptek).
“Makanya saya selalu mengatakan para kandidat harus memiliki tim IT, Kenapa? karena tim IT sangat berguna untuk melakukan edukasi politik,” tambah Najib.
Apabila sepasang calon telah berhasil menggaet suara milenial, artinya sudah mengantongi suara 30% di daerah pemilihan (Dapil) tersebut, belum lagi multi-effect dari suara milenial melalui media sosial.
“Tetapi memang pendekatan elit itu tetap menjadi strategi utama, lalu pemilih melenial masih menjadi tambahan,” terangnya.
Reporter: Musdar
Editor Qs