Jadi Rektor di UICI, Prof Laode Bangun Digital Kultur DSTLS
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Prof Laode Masihu Kamaludin dipercayakan menjadi rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) periode 2021-2025.
Prof Laode ini dilantik oleh Majelis Pendidikan Tinggi Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MPT KAHMI), yang didampingi Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI.
Laode Masihu Kamaludin,l menjelaskan, UICI merupakan universitas full digital yang artinya dalam penyelenggaraan pendidikannya akan fokus mengembangkan sistem pendidikan berbasis budaya digital (digital culture) dengan metode Digital Simulator Teaching Learning System (DSTLS).
Munculnya Covid-19, mahasiswa dipaksa untuk menyelenggarakan pendidikan dengan mengikuti pembelajaran melalui jarak jauh.
Katanya, kalau PJJ yang bergerak hanya dosennya yang membawakan materi, sementara mahasiswanya pasif. Namun di era digitalisasi pendidikan ini tidak ada perbatasan dari jarak sepanjang memiliki jaringan internet.
“Sehingga di era digital ini pendidikan itu tidak lagi dibatasi oleh jarak, baik itu di dalam maupun di luar kelas, namun untuk mengatasi agar mahasiswa nyaman dengan membangun interaktif antara dosen dan mahasiswa melalui modul,” ungkapnya saat dihubungi, Minggu (20/6/2021).
Metode ini akan mengintegrasikan Learning Management System (LMS) yang saat ini
populer di Indonesia dengan Simulator Learning System (SLS), dan didukung oleh teknologi Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR), paket pengembangan wawasan keislaman
dan keindonesiaan.
Dengan adanya sistem simulator akan menimbulkan pengembangan kurikulum yang tidak lagi online atau offline namun dengan interaktif dengan bisa mendownload atau dilihat kapan saja, di mana saja dengan alat teknologi.
“DSTLS yang dikembangkan UICI ini adalah inovasi dalam dunia pendidikan. Dengan sistem ini, mahasiswa bisa kuliah interaktif dengan dosen di mana saja, kapan saja dan dengan device apapun, dan target kita di penerimaan mahasiswa pertama ini adalah
3.000 mahasiswa. Kita punya captive market keluarga besar HMI,” ungkapnya.
Sementara, dasar filsafat visi misi UICI yakni membina insan akademis yang kreatif, mencipta dan mengabdi yang berinovasi Islam serta bertanggung jawab terhadap terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.
Adapun visi yakni menjadi prestasi yang unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis budaya digital nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Sedangkan, misi ada empat yakni, pertama menyelenggarakan pendidikan bersifat inklusif yang berbasis digital berkualitas yang sesuai kebutuhan pemangku stakeholder termasuk mahasiswa. Kedua menyelenggarakan penelitian isu-isu krusial terkait kemanusiaan kebangsaan dan keumatan dan memperoleh keuntungan untuk solusi sebagai kontribusi pembangunan bangsa dan negara.
Misi ketiga, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada kehidupan masyarakat secara utuh dan berkala jutaan dan keempat, melaksanakan peran sebagai pusat pengembangan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan dalam kehidupan berkebangsaan.
Ia menambahkan untuk penerimaan mahasiswa baru tahun perdana ini dibuka pada awal Juli 2021.
UICI membuka empat jurusan, yakni bisnis digital, informatika, sains data, dan komunikasi digital.
Untuk izin operasional UICI telah diserahkan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 30 Desember 2020. Sehingga pada tanggal 30 Desember inilah ditetapkan menjadi hari kelahirannya UICI.
Saat ini UICI dari 34 Provinsi di Indonesia ada lima daerah yang sudah terbentuk yakni Jakarta, Medan, Jogja, Makassar, NTT. (bds*)
Reporter: Sesra
Editor: J. Saki