Derita Khoirul Azzam, Idap Penyakit Penyempitan Saluran Kencing Sejak Lahir
KONAWE SELATAN, DETIKSULTRA.COM – Sungguh malang nasib Khoirul azzam, masa ceria layaknya anak-anak sejawatnya harus terenggut. Pasalnya, anak dari pasangan Nurhasanah (33). Agus Sugianto ini, didiagnosa penyakit distal rektrum atau penyempitan saluran kencing sejak lahir.
Tak Mampu Berobat, Karena Kendala Biaya
Anak yang lahir sejak 11 tahun silam ini, pertama kali diketahui menderita penyakit sulit buang air kecil itu ketika usianya beranjak 10 bulan. Hal itu diketahui oleh ibu Azzam sendiri, saat melihat keanehan di perut anaknya itu, yang diikuti tangis kesakitan yang dirasakan warga Desa Tolutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan ini.
“Awalnya muncul benjolan melintang di perutnya, disaat yang sama Azzam juga merasakan sakit yang tak tertahankan, sering nangis. Sakitnya tiba-tiba datang,” ujar Nurhasanah saat ditemui dalam acara satu tahun Kendaraan Giat Belajar Manggala Agni Daops Tinanggea pada Kamis (10/1/2019)
Meski sakit yang diderita itu sering membuat Azzam susah tidur dan gelisah, ibunya hanya membiarkan hal ini. Lantaran, ia hanya menganggap sakit biasa. Namun, dua bulan berselang, sakit yang melilit dibagian kelamin Azzam dilihat semakin menyiksa. Akhirnya, ibunya membawa Azzam ke dokter Prayoga di Kendari.
“Dokter menyarankan Azzam agar disunat, karena sulit buang air, kadang buang air itu sedikit, susah keluar dan diikuti rasa sakit yang sampai bikin dia menangis-menangis. Akhirnya saya putuskan untuk disunat. Jadi berusia satu tahun Azzam ini sudah disunat” bebernya.
Setelah disunat, sakitnya bukannya hilang, malahan tetap sakit bahkan semakin menjadi-jadi. Nurhasanah lalu kembali membawa anaknya itu ke Dr Prayoga di Kendari untuk kedua kalinya. Sang dokter, memprediksi, Azzam mengalami usus turun.
Ibu rumah tangga yang kesehariannya berprofesi sebagai karyawan salon di Kota Kendari ini, diminta oleh dokter, agar Azzam menjalani operasi. Tetapi ia menolak, menurutnya, dokter hanya mengada-ada, lantaran tanpa melalui pemeriksaan, Azzam tiba-tiba saja divonis menderita penyakit usus turun.
Tak mau melakukan operasi, ibunya kemudian membiarkan sakit Azzam ini berlarut hingga bertahun. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, hal ini dirasakan Nurhasanah. Ketika bingung mencari solusi pengobatan anaknya, ia harus rela ditinggal cerai oleh suaminya saat Azzam berumur lima tahun.
Menjadi orang tua tunggal, tak membuat Nurhasanah patah arang, ia terus berupaya mencari solusi untuk kesehatan Azzam. Ketika anak keduanya itu berusia sembilan tahun. Ia memberanikan diri, kembali membawa Azzam ke dokter Aburaera spesialis ahli penyakit dalam.
“Dokter mendiagnosa, anak saya ini mengalami infeksi saluran kencing. Awalnya tidak percaya, pikiran saya, kalau hanya infeksi, cuma dengan konsumsi antibiotik, sudah pasti sembuh,” cetus Nurhasanah.
Hasil pemeriksaan tersebut, ia diminta untuk melakukan ronsen terhadap Azzam di rumah sakit Bhayangkara. Hasilnya, dokter mendiagnosa Azzam mengalami penyempitan distal rektrum. Namun, tutur Nurhasanah, dokter ahli dalam di rumah sakit Bhayangkara tidak bisa berbuat apa-apa.
“Dokter menyarankan agar Azzam dirujuk di rumah sakit Makassar. Katanya untuk meneropong, sesuatu apa yang menghambat saluran kencing Azzam. Saya disitu sempat putus asa, pasrah, karena tak punya biaya untuk berobat kesana,” ujar ibu Azzam.
Saat itu, ia juga sempat berkomunikasi dengan ayah Azzam terkait penyakit yang diderita anak mereka dan rencana berobat ke Makassar. Akan tetapi, mantan suaminya itu, justru tak memberi respon sedikit pun terkait hal itu.
Azzam Minta Agar Disekolahkan
Nurhasanah berinisiatif, mengunggah cerita penderitaan anaknya itu ke media sosial facebook. Ia meminta belas kasih para dermawan yang berniat baik untuk mambantu biaya pengobatan Azzam ke Makasar.
“Ada beberapa relawan dan donatur yang memberikan sumbangan saat itu, tapi belum cukup. Disitu juga, ada yang menawari, agar Azzam mengonsumsi obat-obatan herbal. Saya lalu mencoba membeli, uang habis Rp4 juta, tapi penyakit Azzam tambah parah,” tandas ibu beranak tiga ini.
Selama sakit, keinginan Azzam untuk merasakan hangatnya bangku sekolah pun menjadi salah satu permintaan azzam ke ibunya. Saat melihat rekan sebayanya yang selalu beramai-ramai setiap pagi ke sekolah, Azzam tak henti memaksa ibunya agar ia juga bisa bersekolah.
“Sejak usia lima tahun, Azzam minta masuk ke TK, tapi saya bilang, Azzam sembuh dulu baru sekolah. Sampai sekarang dia minta selalu ingin pergi ke sekolah saat melihat temannya diantar jemput setiap pagi. Tapi saya selalu bilang, nanti saja, Azzam sembuh dulu,” terangnya.
Manggala Agni dan IJTI Sultra Bantu Azzam
Jeritan hati seorang Nurhasanah yang mulai putus asa, akibat penderitaan anaknya Khoirul Azzam yang kehilangan harapan untuk sembuh, akhirnya terdengar hingga ke telinga Kepala Manggala Agni Daops Tinanggea Yanuar Panca Kusuma.
Mendengar kisah derita Azzam, membuat hati Yanuar tergerak. Gayung bersambut, niat mulianya itu pula lalu diwujudkan dalam acara ulang tahun pertama Kendaraan Giat Belajar (KGB) yang digagas bersama Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) pengurus daerah Sultra.
Dalam acara yang digelar di Kantor Manggala Agni Jalan Poros Bombana Desa Tatangge, Kecamatan Tinanggea, Konawe Selatan, melakukan penggalangan dana untuk membantu adik Azzam.
Kegiatan yang dihadiri Kapolres Konsel, Pihak Pemda Konsel, Basarnas Kendari dan ratusan pelajar serta para guru tersebut, berhasil mengumpulkan total dana sebesar Rp 21.845.000 untuk hiaya pengobatan Azzam.
“Saya sangat berterima kasih kepada Manggala Agni yang sudah mengumpulkan dana untuk anak saya. Ini untuk pengobatan Azzam, semoga dia bisa sembuh agar dia bisa sekolah,” kata ibunda Azzam, Nurhasanah.
Dukungan untuk Azzam juga datang dari Pemda Konsel yang diwakili Asisten II, Armansyah. Ia berjanji akan melapor ke atasannya, termasuk berkoordinasi dengan kepala desa, camat setempat guna mencarikan jalan pengobatan Azzam.
“Saya sudah dengar laporan, dan komitmen pemerintah daerah untuk membantu selama semua sesuai dengan prosedur yang ada,” beber Armansyah.
Reporter: Fadli Aksar
Editor: Sumarlin