CeritaRamadhan

Memaknai Ulang Ramadan, Tak Perlu Ada yang Berubah

Dengarkan

Semua mengakui bahwa ketika pandemi terjadi telah mengubah paradigma kita selama tentang berbagai hal.

Kebijakan pembangunan yang hanya terfokus pada orientasi ekonomi, ternyata luluh lantah tak kuat menahan lonjakan pasien positif Covid-19 yang terus bertambah setiap hari.

Ketika krisis kesehatan terjadi seketika itu pula ukuran tentang pembangunan yang selama ini dipuja turut rontok.

Kita hanya butuh penyediaan infrastruktur dasar seperti ketersediaan air bersih buat cuci tangan, dibanding projek pembangunan infrastruktur raksasa yang hanya berorientasi pada ekonomi.

Kini Ramadan terasa tiba lebih awal ditengah pandemi.

Ketika bulan puasa tiba kegiatan kita banyak berasal dari kalangan komunitas sendiri yang kesini- sininya, turut mendefenisikan arti bulan puasa bagi tiap individu.

Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk memaknai kembali arti puasa saat ini.

Sejak awal April 2020 bahkan pemerintah sudah memperingatkan kita agar kebiasaan berkumpul dikala Ramadan dapat dihindari.

Imbauan Menteri Agama RI Nomor SE 6 tahun 2020, Fatwa MUI Nomor 14 tahun 2020, Keputusan Gubernur Sultra Nomor 234 tahun 2020, Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 252 tahun 2020, menyampaikan kepada kita semua agar Sahur, Berbuka Puasa, Salat 5 Waktu, Shalat Jumat dan Tarawih dilakukan di rumah saja.

Mungkin tak ada lagi kebiasaan shalat tarawih yang pindah-pindah masjid karena khawatir bosan dengan suara imamnya.

Bahkan kebijalan social distancing membuat untuk pertama kalinya dalam hidup, mudik ke kampung halaman batal dilakukan.

Mungkin sudah tidak ada lagi istilah bertamu masiara dari rumah ke rumah yang jumlahnya 10-20 rumah dihari pertama lebaran. Dan itu tak bisa digantikan dengan cara online

BACA JUGA:

Ramadan kali ini mungkin berbeda dengan Ramadan biasanya.

Namun sejak awal Ramadan memang mengajarkan kita untuk introspeksi diri dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang terdekat dalam rumah.

Katanya orang indonesia rata-rata hanya menghabiskan waktu kurang dari 2 jam bersama keluarga. Waktu 8 jam dirumah cuma dipakai untuk tidur. Tak ada salat jamaah dirumah, sharing tentang keagamaan, apalagi pendidikan.

Mungkin tradisi dan kebiasaan di bulan Ramadan selama ini berubah, tapi makna Ramadan tetap tidak akan berubah.

Dari Redaksi

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button