Metro Kendari

Pentingnya Anak-Anak Perbanyak Makan Ikan Berkelas untuk Hindari Kebodohan dan Stunting

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – BKKBN Sultra terus menggelar pelatihan teknis bagi tenaga pelaksana dalam Percepatan Penurunan Stunting (PPS) tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menghindari kebodohan dan stunting.

Pelatihan sebelumnya, pemateri kegiatan tersebut menghadirkan Ketua Tim Kerja Halakiemas Perwakilan BKKBN Sultra, Mustakim, dengan memberikan dua materi yakni Pemanfaatan data Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dan materi Implementasi Konvergensi Layanan Tingkat Keluarga dalam PPS.

Dalam sesi diskusi berlangsung ada yang menarik dari pernyataan salah satu peserta yakni Kepala Puskesmas kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka, Amirsyam.

Ia menyampaikan sudah sejak lama beberapa negara Asia lain seperti China, Vietnam dan Jepang mengimbau warga negaranya makan ikan setiap hari.

Bahkan di Jepang dapat dikatakan mewajibkan warga negaranya (terutama anak-anak dan generasi muda) setidaknya makan ikan yang berkelas sebanyak 2 kilogram setiap hari tiap orang.

“Ikan yang berkelas adalah ikan yang memiliki kandungan protein yang tinggi semisal ikan salmon. Menurut sejumlah penelitian, 100 gram ikan salmon mampu mengandung omega 3 hingga 2,018 mg,” katanya.

Omega 3 sendiri merupakan salah satu nutrisi penting bagi otak. Adapun nutrisi lain yang terkandung dalam ikan salmon adalah protein, kalsium, vitamin B12, dan kalium.

Atau ikan tuna, yang merupakan jenis ikan laut yang dipercaya memiliki gizi tinggi. Dalam 100 gram ikan tuna mampu mengandung protein sekitar 24-30 gram.

“Kandungan protein pada tuna ini pun dapat menjaga jaringan tubuh anak agar berfungsi dengan baik,” terangnya.

Nutrisi lain yang terkandung dalam ikan tuna adalah selenium yang berperan sebagai antioksidan sekaligus melindungi sel darah merah dari radikal bebas. Dan beberapa jenis ikan berkelas lainnya yang semuanya ada dalam lautan Indonesia yang maha luas.

“Berkaca dari beberapa contoh negara tersebut, apa tidak bisa Pemerintah Kabupaten Kolaka mengeluarkan kebijkan serupa itu untuk warganya,” harap Amirsyam.

Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Tim Kerja Halakiemas Perwakilan BKKBN Sultra, Mustakim sangat setuju dan mendukung penuh keinginan Amirsyam.

Bahkan menurut Mustakim pendapat semacam itu justru sangat bagus jika ditarik ke level yang lebih tinggi yakni negara atau pemerintah pusat.

“Jika ada kebijakan semacam itu (makan ikan 2 kg/hari bagi tiap warga negara indonesia) dari Presiden, saya optimis 10 atau 20 tahun yang akan datang PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) akan bisa bertarung dalam piala dunia dan bisa masuk 10 besar,” ungkapnya.

Namun katanya, persoalannya selama ini banyak nelayan Indonesia yang menjual hasil tangkapannya ke negara lain.

Mustakim sendiri mengatakan, pernah melihat dengan mata kepala sendiri saat menjadi Penyuluh KB selama 3 tahun di Kepulauan Salabangka Kabupaten Poso (kini masuk wilayah Morowali).

Katanya adanya transaksi jual beli ikan di atas lautan yang dilakukan kapal nelayan Indonesia kepada kapal nelayan asing.

Itu terjadi sebelum Susi Pujiastuti menjadi Menteri Kelautan yang punya kebijakan menenggelamkan setiap kapal asing yang mencuri ikan di lautan Indonesia.

“Sayang, di saat adanya kebijakan ‘tenggelamkan’ zaman Ibu Susi yang terkenal itu, tidak dibarengi dengan kebijakan lain agar warga negara Indonesia wajib makan ikan setiap hari,” cetusnya.

Jika ada kebijakan semacam itu di Indonesia atau setidaknya di wilayah-wilayah Republik Indonesia yang merupakan daerah pantai dengan mata pencarian penduduknya sebagian besar nelayan, juga diyakini bisa menghindari atau menghapus kebodohan dan stunting yang masih banyak diderita anak-anak bangsa hingga kini. (kjs)

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button