Opini

“DOWN-BALLOT EFFECK” UNTUK MENGUKUR ELEKTABILITAS KANDIDAT PADA PILKADA

Dengarkan

Pemilu kada tahun 2024 merupakan pemilihan yang berbeda dengan pemilu kada sebelumnya,  dimana pemilihan presiden da legislative bersamaan tahunnya. Kegiatan pemilu kada khususnya kandidat cagub dan bupati walikota juga sebelumnya ikut terlibat menjadi caleg partai sebagai “gett foters”   partai yang kelak akan menjadi partai pengusung didalam pilkada nantinya.

Selain itu juga, suara perolehan dalam pilcaleg  akan menjadi barometer diri sangkandidat dalam mengukur elektabilitas dalam pemilu kada berikut diwilayah dapil dengan jumlah suara pemilih terbanyak di anggap elektabilitas tinggi karna terpilih sebagai legislator.

Setiap kandidat yang akan maju dalam pemilu kada tahun 2024 sejatinya mereka juga sebagai pemenang dalam kontestasi pileg kemarin, sehingga partai pengusung memiliki parameter yang terukur untuk mendorong kandidat yang diikutkan dalam kontestasi pilkada gubernur dan Bupati walikota.

Efek down-ballot (efek ekor jas) itu yang saya maksudkan mengacu pada fenomena dalam pemilu di mana kandidat tingkat atas seperti, presiden dan wakil Presiden dapat mempengaruhi elektabilitas kandidat tingkat bawah (seperti gubernur, bupati, atau walikota) yang berafiliasi dengan partai yang sama. Disinilah Elektabilitas kandidat merupakan ukuran tingkat dukungan dan popularitasnya di kalangan pemilih. Walaupun ad acara yang umum terkait pengukuran elektabilitas dapat dilakukan melalui survei, jajak pendapat, dan analisis data pemilih.

Ada kebiasaan lazim dikalangan elit politik partai menginginkan kandidat dalam pilkada, figurnya harus memiliki Elektabilitas yang tinggi diwilayah daerah. Hal ini akan memungkinkan seseorang atau partai politik dapat dipilih dalam pemilihan kepala daera umumnya, Kebiasan ini juga dapat dilakukan partai untuk mendapatkan elektabilitas kandidat yang diukur melalui survei yang menanyakan kepada siapa responden yang akan mereka pilih jika pemilihan umum diadakan saat itu.

Sedangkan down ballot itu sendiri adalah istilah dalam politik yang mengacu pada kandidat yang tidak populer atau setenar “kandidat utama” dalam pemilihan umum presiden dan wakilnya. Maka kandidat tingkat bawah ballota biasanya mempunyai peluang lebih kecil untuk menang pada pilkada selanjutnya yang akan di selenggarakan di akhir tahun nanti, namun ini hanya praduga

Ada beberapa pendapat atau anggapan kepada figure calgub dan calon Bupati walikota yang dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung dari pengaruh Efek down-ballot secara signifikan dapat mempengaruhi elektabilitas kandidat Pilkada dalam beberapa cara:

Pertama; Terkait hal peningkatkan elektabilitas dimana para kandidat yang berafiliasi langsung dengan partai yang memiliki kandidat presiden populer dapat menerima manfaat dari efek ekor jas. Popularitas kandidat presiden yang terpilih dapat meningkatkan visibilitas dalam kandidat Pilkada didaerah, kemungkinan sebagian besar masyarakat pemilih akan menarik pemilih yang mendukung partai atau presiden tersebut. Pemilih yang termotivasi untuk memilih presiden juga lebih mungkin memilih kandidat Pilkada dari partai yang sama.

Kedua; Figur pilkada yang akan mengikuti Elektabilitas akan rendah jika kandidat presiden tidak populer, efek ekor jas ini dapat berbalik arah dan menurunkan elektabilitas kandidat Pilkada. Karenah secara langsung kekalahan kandidat presiden dapat menurunkan semangat dan partisipasi pemilih dari partai yang sama akan berdampak pada kandidat Pilkada. Para kandidat Pilkada kemungkinan perlu eforbesar untuk  bekerja lebih keras lagi dalam menjangkau pemilih dan disarankan branding personal yang kuat untuk membangun identitasnya sendiri, terlepas dari popularitas presiden, terutama bagaimana memainkan peluang digital untuk marketing banding personal.

Ketiga; dari kedua tesis diatas yang sangat kuat menjadi beberapa faktor yang Mempengaruhi Efek ekor jas antara lain, pada  faktor popularitas Kandidat Presiden bila Semakin populer kandidat presiden maka akan semakin besar potensi efek ekor jas.  Faktor lainnya adalah kekuatan Partai, dimana Partai yang kuat dengan struktur organisasi dan basis massa yang solid dapat memperkuat efek ekor jas.

Secara karakteristik kandidat figure berkarakter dalam pilkada nantinya harus memiliki platform yang menarik, pengalaman yang relevan, dan citra diri yang positif dapat meminimalisir efek negatif dari ketidak populeran presiden yang kalah.  Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya juga adalah dimana Kondisi perpolitikan  dan suasana iklim ekonomi yang mendukung dan kondusif, dimana keadaan kondisi politik dan ekonomi yang stabil dapat meningkatkan efek ekor jas, sedangkan kondisi yang tidak stabil dapat menurunkannya. Penting untuk dicatat bahwa efek down-ballot atau ekor jas bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan elektabilitas kandidat Pilkada tetapi masih ada faktor lain seperti kualitas kandidat, platform, dan strategi kampanye juga memainkan peran penting.

Efek down-ballot merupakan fenomena penting dalam Pilkada yang dapat mempengaruhi elektabilitas kandidat. Popularitas kandidat presiden dan kekuatan partai dapat menjadi faktor penentu, namun karakteristik kandidat dan kondisi politik dan ekonomi juga perlu dipertimbangkan. Sedangkan untuk memahami efek down-ballot  sebagai objek amatan dalam fenomena politik dapat membantu para kandidat Pilkada dalam merumuskan strategi kampanye yang efektif dan meningkatkan peluang mereka untuk meraih kemenangan.

Oleh : DRLAKAI

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button