Dosen UHO Kembangkan Gula Cair Fruktosa dari Pati Sagu
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis sagu, Dosen dan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan UHO menyambangi Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, dalam agenda pengolahan gula cair fruktosa dari pati sagu berantioksidan dan memiliki zat besi tinggi.
“Sebenarnya Desa Lamokula sudah baik dalam pengelolaan gula cair berbahan sagu. Kami hanya membantu agar proses tersebut menjadi mudah dan cepat dengan bantuan enzim,” ungkap Dosen Teknologi Pangan UHO, Dr Ir Ansharullah MSc, pada Detiksultra.com di Kendari, Rabu (11/9/2019).
Satu Kilogram (Kg) pati kering sagu, kata dia, dapat menghasilkan satu liter gula cair, semoga hal tersebut dapat mempermudah serta membantu meningkatkan pendapatan mereka.
[artikel number=3 tag=”sagu,uho”]
Pengolahan pati sagu menjadi fruktosa cair, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga.
“Proses pengolahan dari pati sagu menjadi gula cair fruktosa dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, tapi dengan proses dan dekomposisi yang benar. Agar hasilnya lebih baik dari segi nutrisi yang dikandungnya, terutama antioksidan dan zat besi” tuturnya.
Dia juga mengungkapkan, permasalahan yang dialami selama ini oleh pengolah sagu di desa tersebut diantaranya, belum adanya upaya diversifikasi produk yang dihasilkan, nilai tambah yang diperoleh masih belum signifikan, peralatan produksi dan pengeringan sagu yang dimiliki sangat terbatas, pengetahuan dan keterampilan pengolahan sagu yang masih rendah, dan juga produknya hanya mampu menjangkau pasar lokal.
“Disini kami menawarkan desminasi teknologi diversifikasi produk dengan cara memberikan pelatihan kepada mitra kelompok usaha untuk meningkatkan nilai tambahnya,” ujarnya.
Lanjutnya, upaya ini juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah, serta dapat memberikan multplier effects yang signifikan serta dapat memperluas kesempatan kerja.
“Cara peningkatan nilai tambah produknya dengan memfortifikasi beberapa komponen yang bermanfaat untuk kesehatan, seperti antioksidan dan zat besi yang berasal dari tanaman,” paparnya.
Ungkap dia, salah satu sumber antioksidan dan zat besi yang baik adalah ekstrak daun kelor (Moringa oleifera). Senyawa bioaktif dalam kelor menyebaban kelor memiliki sifat farmakologis, misalnya sebagai senyawa anti penuaan, anti inflamasi dan anti kanker.
Berdasarkan riset penelitian daun kelor mempunyai kandungan zat besi (Fe) yang tinggi yakni dalam 100 gram daun kelor mengandung 7 mg. Zat besi adalah mikromineral yang sangat penting dalam tubuh karena berfungsi dalam pembentukan sel darah merah, yakni dengan proses sintesis hemoglobin (Hb) dan dapat pula mengaktifkan beberapa enzim, salah satunya yakni enzim pembentuk antibody.
Kekurangan Fe akan mengakibatkan anemia yang merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.
Akademisi UHO ini, melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), yang difasilitasi oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), Kemenristek Dikti, telah membantu kelompok usaha pengolah sagu di Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, dalam kegiatan bimbingan teknis dan penguatan manajemen usaha produksi gula cair fruktosa berbahan baku sagu yang mengandung antioksidan dan zat besi tinggi.
“Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah, kualitas maupun daya saing produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Reporter : Herni
Editor: Dahlan