Spektrum Kepemimpinan Dalam Prespektif Pilkada 2024 (Gubernur, Bupati Dan Walikota)
Realitas pasca Pileg dan pilpres lalu, kini memasuki babak baru pilkada provinsi dan kabupaten kota udah mulai di stater lagi, mesin – mesin politik partai masih belum dipanaskan seiring dengan KPU belum menetapkan pengumuman hasil pemenang paslon Pilpres dan penetapan legislator pusat yang pelaksanaannya pada pertengahan bulan lalu. Tentu konsentrasi masyarakat politik masih fokus kawal kinerja KPU dan Bawaslu untuk pengamanan suara paslon dan partai serta para pileg pusat.
Ada yang menarik bila diamati terkait pemilu kada ini, adanya fenomena para kandidat calon peserta pilkada sudah ada yang gas poll mesin tim politiknya seolah tidak peduli dengan issu-issu pemilu curang, bahkan ada yang sudah memasang APK figure calon Kada. Sesungguhnya Calon Kada ini hanya fokus pada bagaimana mereka dapat memiliki kekuasaan saja.
Yang lain dari pilkada tahun 2024 kali ini, adalah bagaimana kita memilik calon pemimpin kepala daerah yang memiliki leadership bakan karena mamiliki amunisi yang banyak sebagai peluru serangan fajar tetapi kita memilih figure yang memiliki rekam jejak dan pengalaman politik kemasyarakatan yang jelas termasuk visi misi hendak dibawa kemana pembangunan masyarakat dan daerah dalam lima tahun kedepan.
Oleh karena dalam pilkada nanti kita harus memilih kepala daerah yang akan memimpin maka itu saya ingin menggaris bawahi kata kepemimpinan dan Pemimpin itu sendiri, yang dimaksud adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memimpin, mengarahkan, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin dapat ditemukan di berbagai bidang, seperti politik, bisnis, organisasi nirlaba, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Kepemimpinan adalah proses yang mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan juga melibatkan berbagai keterampilan, seperti komunikasi, motivasi, dan pengambilan keputusan.
Saya ingin menyetir pendapat yang disampaikan Ibnu Khaldum dalam bukunya berjudul Mukaddimah terkait Kepemimpinan Ashabiyah yang didefinisikan sebagai kepemimpinan berdasarkan hubungan kekerabatan, persahabatan, atau afiliasi kelompok dapat menjadi model yang efektif untuk memajukan pembangunan termasuk kelansungan masyarakat daerah. Menurut Ibn Khaldun, kepemimpinan Ashabiyah dapat meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga dapat memperkuat kohesi sosial dan meningkatkan kinerja kolektif dalam masyarakat di daerah.
Dalam konteks masyarakat daerah yang memiliki beragam budaya dan tradisi, maka kepemimpinan Ashabiyah dapat menjadi suatu cara yang efektif untuk membangun kepercayaan dan kerjasama antar anggota masyarakat. Dengan memanfaatkan hubungan kekerabatan dan persahabatan, seorang pemimpin dapat lebih mudah memobilisasi dukungan dan kerjasama dari anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, masyarakat Buton secara umum yang memiliki nilai-nilai sosial kultural yang kuat juga dapat merespons positif terhadap model Kepemimpinan dalam prespektif “Ashabiyah”
Kepemimpinan Ashabiyah yang didefinisikan sebagai kepemimpinan berdasarkan hubungan kekerabatan, persahabatan, atau afiliasi kelompok dapat menjadi model yang efektif untuk memajukan pembangunan daerah. Menurut Ibn Khaldun, kepemimpinan Ashabiyah dapat meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dalam suatu kelompok, sehingga dapat memperkuat kohesi sosial dan meningkatkan kinerja kolektif. Dalam konteks masyarakat Buton yang memiliki beragam budaya dan tradisi, kepemimpinan Ashabiyah dapat menjadi cara yang efektif untuk membangun kepercayaan dan kerjasama antar anggota masyarakat. Dengan memanfaatkan hubungan kekerabatan dan persahabatan, seorang pemimpin dapat lebih mudah memobilisasi dukungan dan kerjasama dari anggota masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan daerah.
Selain itu, masyarakat daerah yang memiliki nilai-nilai sosial budaya yang kuat juga dapat merespons positif terhadap model kepemimpinan Ashabiyah. Kepemimpinan yang didasarkan pada hubungan kekeluargaan dan persahabatan dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat antara pemimpin dan anggota masyarakat, sehingga memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Untuk lebih aplikabel lagi dalam mencari pemimpin daerah di perlukan rekam jejak dan pelajari keberpihakannya, apakah pemimpin tersebut layak memimpin sebagai seorang kepala daerah atau mereka itu sedang mengejar kekuasaan untuk nafsu politik semata tanpa kopetensi, jangan hanya banyak pundi pundi dan pengalaman biasa biasa saja kemudian kita dukung dengan modal serangan fajar kita korbankan kesempatan membangun lima tahun masa membangun. LAK