KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Direktur Institut Demokrasi dan Social Indonesia (IDi-Si), Enggi Indra Syahputra menganalisis Pengganti Antar Waktu (PAW) Partai Gerindra DPR RI Dapil Sultra setelah wafatnya kader terbaiknya, H Imran.
Kata Enggi Indra, setelah kepergian salah satu politisi terbaik Sultra di parlemen, maka hendaknya Pergantian Antar Waktu (PAW) almarhum di Partai Gerindra adalah kader yang lebih berintegritas dan berkualitas.
Pertimbangannya, mengingat Almarhum H Imran merupakan kader Gerindra yang mempunyai rekam jejak bagus dalam karier politiknya, terkhusus di Sulawesi Tenggara jadi PAW-nya juga harus seimbang dengan kapabilitas politik almarhum.
“PAW-nya harus berintegritas, dan harus diakui Sultra telah kehilangan politisi terbaik. Dalam hal ini Anggota DPR-RI Dapil Sultra yang berasal dari partai yang berlambang burung Garuda tersebut,” kata Enggi Indra Syahputra, (2/4/2020).
BACA JUGA :
Enggi Indra Syahputra juga menyampaikan bahwa, diurutan kedua perhelatan pemilihan Anggota DPR-RI Dapil Sultra di Partai Gerindra setelah H. Imran adalah Haerul saleh.
Lanjutnya, Enggi menilai kurang “sreg” dengan PAW sesuai urutan nama hasil pilcaleg lalu.
Pasalnya, ia menyebut ada Catatan buruk yang ditorehkan pada pilcaleg periode sebelumnya, yaitu tahun 2014 silam, dimana Haerul Saleh, telah digugat oleh calon lain dalam hal ini atas nama H Aptati Kamaruddin, karena diduga terjadi penggelembungan suara oleh Haerul Saleh.
Pada saat itu, Dewan Kehormatan Penyelenggaraa Pemilu (DKPP) memecat 5 komisioner KPUD Kolaka, karena kasus tersebut, sehingga PAW Partai Gerindra harus lebih selektif dan memperhatikan kepentingan jangka panjang untuk melakukan hal terbaik demi masyarakat Sultra dengan memilih PAW yang lebih berintegritas dan berkualitas.
“Sekali lagi saya katakan PAW Partai Gerindra harus lebih selektif lagi demi menjaga nama baik dan basis masa partai Gerindra di Sulawesi Tenggara,” pungkasnya.
Reporter: Dahlan
Editor: Haikal