KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dewasa ini banyak pengolahan tanaman sebagai obat dalam produk bidang farmasi, sehingga tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai obat disebut sebagai tanaman obat.
Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah genus Eucalyptus, biasanya industri farmasi menggunakan daun dari Eucalyptus karena mengandung terpen, derivat porphyrin dan senyawa fenolik lainnya untuk berbagai aktivitas farmakologi.
Eucalyptus digunakan sebagai tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit infeksi, demam dan rematik selain itu juga sebagai antiseptik untuk penyakit flu dan sakit tenggorokan karena memiliki kandungan senyawa kimia flavonoid, terpenoid dan tannin.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tanaman ini memiliki khasiat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antiradang, antioksidan, dan antinyeri.
Tanaman Eucalyptus ini banyak dikembangkan dan dipelihara sebagai tanaman reklamasi. Tanaman ini berkembang dengan baik sebagai tanaman reklamasi di IUP PT. Narayana Lambale Selaras (NLS) Kecamatan Kabaena Timur, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Tanaman ini telah tumbuh dan diusahakan sebagai tanaman reklamasi serta berkembang 4-5 tahun yang lalu dan sekarang berjumlah lebih dari ratusan pohon dan berada dipegunungan dan berdekatan dengan hutan.
Ketua Tim PKMI UHO, Dr. Hasbullah Syaf, S.P., M.Si mengatakan, perlu dilakukan pemanfaatan Eucalyptus melalui teknologi yang sederhana dan dapat dirasakan masyarakat setempat dalam menyediaan minyak untuk mengantisipasi penyakit Covid-19.
“Hingga saat ini, belum adanya koordinasi yang baik dari pemerintah dan kelompok konservasi ini dalam berwirausaha untuk membuat minyak ini dan menjadi salah satu kendala yang akan dipecahkan dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Internal UHO (PKMI-UHO) ini,” ungkapnya.
Oleh karenanya, untuk menanggulangi masalah di atas maka perlu dilakukan upaya pendampingan melalui pemanfaatan Eucalyptus di lahan reklamasi tambang nikel untuk mengurangi penyebaran penyakit Covid-19 dalam kegiatan PKMI-UHO tahun 2020.
Ditambahkan lagi, bahwa “Kerjasama kelompok tani dengan pihak perusahaan akan memberikan nilai tambah bagi kelompok konservasi dan pihak perusahaan dalam mengembangkan Eucalyptus ini.
“Selain pemanfaatannya sebagai minyak asiri, juga diupayakan adanya perbanyakan pohon ini di rumah-rumah masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 dan memudahkan bagi masyarakat dalam memanfaatkannya dan menambah pendapatan,” ujar Bapak Dr. Hasbullah Syaf, S.P. M.Si yang juga menjabat sebagai Ketua PS S3 PWK Universitas Halu Oleo.
Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Internal UHO (PKMI-UHO), di Ketuai oleh Dr. Hasbullah Syaf, S.P., M.Si. Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, dan terdiri dari empat anggota tim yaitu Prof. Dr. Ir. M. Tufaila, M.P., dr. La Ode Harjoni Kilowasid, S.P., M.Si., Mardin, S.P., M.Si., dan Sakir, S.T., M.Sc.
Capaian produk yang dihasilkan melalui pelaksanaan program PKMI-UHO tahun 2020 ini, akan mampu menghasilkan kebutuhan minyak Eucalyptus sebagai alternatif pengobatan penderita Covid-19 dalam rangka meningkatkan pendapatan kelompok konservasi dan membantu pemerintah dalam menanggulangi penyakit Covid-19.
Melalui pemanfaatan Eucalyptus ini yang bernilai ekonomis, ramah lingkungan dan memberi nilai kemanusiaan.
Reporter: Sesra
Editor: Via