Metro Kendari

Polemik Penelantaran Jemaah Umrah Asal Sultra yang Mengakibatkan Dua Orang Meninggal Dunia, Ini Jawaban Pihak Travel

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sejumlah jemaah Umrah asal Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menggunakan jasa travel Smarthajj terlantar dalam perjalanan menuju Arab Saudi, begitupun kembalinya ke Tanah Air.

Hal ini diduga karena kelalaian atau kesalahan dari pihak travel, sehingga para jemaah menjadi korban terlantar di bandara internasional Naia, Manila, Filipina. Bahkan mereka harus berurusan dengan petugas imigrasi di negara tersebut.

Parahnya, dalam perjalanan ibadah tersebut ada dua jemaah yang meninggal dunia, yakni jemaah asal Kota Kendari dan Baubau. Penyebabnya, karena kelelahan dan terlantar di beberapa bandara luar negeri. Jemaah asal Kendari wafat di Mekkah. Sedangkan jemaah asal Baubau wafat dalam perjalanan dari Filipina ke Malaysia.

Salah seorang jemaah asal Kota Kendari, Sri Indrawati Rayen (51) menjelaskan awal mula perjalanan hingga sampai adanya permasalahan di Manila. Sri mengatakan pada 18 Januari, sekitar 140 jemaah menghadiri manasik di salah satu hotel di Kendari. Pihak travel merencanakan jadwal keberangkatan ke Arab Saudi pada 22 Januari, namun berubah menjadi 20 Januari. Tanggal 20 Januari ia bersama rombongan berangkat dari Kendari-Jakarta. Sampai di Jakarta ternyata mereka belum memiliki tiket, sehingga harus menginap selama 2-3 hari.

“Dari sini kami jemaah mulai gelisah menanyakan kapan sampainya, karena keluarga dan kerabat sudah bertanya tentang kabar kami,” katanya.

Setelah ada desakan maka 22 Januari jemaah mendapatkan tiket keberangkatan. Namun ternyata jadwal penerbangan terbagi ada rute menuju Bangkok, Singapura, dan Malaysia.

Dirinya mendapatkan rute Bangkok, namun belum ada kejelasan tiketnya menuju tanah suci. Setelah bermalam tiga hari barulah pada 25 Januari ada tiket dengan rute Bangkok-Abu Dhabi-Jeddah.

Singkat cerita, ia dan jemaah lainnya tiba di Jeddah pada 26 Januari pukul 00.05 dan langsung beristirahat sejenak. Kemudian berangkat menuju Mekkah ditemani Mutawif yang telah disediakan oleh pihak travel.

“Tiba di Kota Mekkah, kami singgah ambil miqot di Masjid Aisyah sebelum masuk hotel. Ternyata kami mendapat informasi bahwa hotel yang dipesan oleh travel sudah diambil jemaah dari Pakistan, sehingga kami menempati hotel yang tidak sesuai,” terangnya.

Ia mengatakan selama berada di Mekkah dan Madinah, pelaksanaan ibadah lancar tanpa adanya kendala.

Selanjutnya, persiapan pulang dari Madinah menuju Jeddah pada 2 Februari sambil menunggu tiket, dengan harapan rute perjalanan langsung ke Indonesia.

Kenyataannya, ia dan jemaah lainnya diterbangkan ke Filipina. Pihak travel mengirimkan kode booking dengan rute Filipina, transit di Malaysia dan menuju ke Jakarta.

“Ternyata nama kami tidak terdaftar di manifest alias tiket palsu, kami ditahan pihak imigrasi dan diancam deportasi. Atas inisiatif teman-teman akhirnya kami meminta bantuan ke KBRI,” ungkapnya.

Atas bantuan KBRI, ia bersama yang lainnya berangkat dengan rute Filipina-Malaysia-Jakarta.

“Dalam perjalanan ini kami mendengar kabar berita duka ada teman jemaah yang meninggal dunia di pesawat,” pungkasnya.

Klarifikasi Smarthajj

Agen Travel Umroh Smarthajj akhirnya angkat bicara terkait kabar yang menyebut mereka menelantarkan jemaah umroh. Perwakilan Juleo Adi Pradana menegaskan pihaknya merupakan agen resmi yang bekerja sama dengan Duta Putra Delima dan beroperasi sesuai prosedur yang diatur oleh Kementerian Agama.

“Kami salah satu agen Duta Putra Delima. Nanti boleh dicek di Siskopatu ada namanya Duta Putra Delima. Jadi kalau dibilang keberangkatan kami ilegal itu tidak benar karena kami resmi, menggunakan Siskopatu yang dikeluarkan oleh Kemenag,” ujarnya.

“Kami berangkat sesuai dengan legalitas Duta Putra Delima. Kemudian secara visa kami juga menggunakan visa yang resmi, yakni visa umrah, bukan visa ziarah,” tambahnya.

Juleo juga membantah tudingan pihaknya menyediakan tiket palsu. Ia menegaskan bahwa tiket telah dibeli dari vendor resmi dan bukti pembayaran sudah disertakan dalam invoice.

“Mengenai tiket palsu, kami ini ada kerja sama dengan vendor tiket. Kita sudah melakukan pembayaran secara lunas, ada invoicenya terlampir dari jumlah pembayarannya hingga jadwal keberangkatan, mulai dari tiket pergi sampai dengan tiket kepulangan,” katanya.

Menurutnya, jemaah semestinya berangkat pada 22 Januari 2025 dari Makassar dengan rute Makassar–Kuala Lumpur–Jeddah dan kembali dengan rute yang sama. Namun, pihak vendor tiket tidak menyediakan tiket domestik yang seharusnya menggunakan Batik Air dan baru menginformasikan kendala ini enam hari sebelum keberangkatan.

Akibatnya, Smarthajj harus mengatur ulang rute perjalanan melalui Jakarta–Singapura–Jeddah.

Saat kepulangan, tiket juga belum tersedia, sehingga saat tiba di Manila, tiket Manila-Malaysia belum rilis, sehingga jemaah tertahan di imigrasi.

Juleo menambahkan, tiket yang akhirnya dikirim oleh vendor ternyata tiket palsu. Hal ini baru diketahui setelah jemaah keluar dari imigrasi dan mendapati nama mereka tidak tercantum di manifest penerbangan.

“Kami menegaskan bahwa Smarthajj tidak pernah berniat mencelakakan jemaah dan menuding vendor tiket PT Baruna Java Celebes, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian ini,” ucapnya.

Olehnya itu, pihaknya telah melayangkan somasi kepada vendor tiket dan akan membawa kasus ini ke Polda Sulawesi Tenggara.

“Terkait laporan di Polda Sultra, pastinya kita tidak akan lari dari proses hukum yang ada. Kami akan tetap mengikuti proses ini sampai tuntas,” tutupnya.

Kendati demikian dengan berbagai permasalahan yang ada, Juleo memastikan seluruh jemaah telah mendapat pendampingan yang memadai selama perjalanan, dengan tiga tour leader yang menemani kelompok di Filipina dan Jeddah.

Kasus Kematian

Smarthajj juga menjelaskan mengenai salah satu jemaah yang meninggal dunia dalam perjalanan pulang. Juleo menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan bantuan maksimal.

Katanya, jemaah yang meninggal dunia dalam perjalanan pulang menuju tanah air itu sudah terbang dari Filipina dan mendarat di Malaysia.

Namun saat berdiri dari kursi, jemaah tersebut terjatuh dan tidak sadarkan diri. Pihaknya langsung mengurus jenazah dan berkoordinasi dengan keluarganya.

“Alhamdulillah, jenazah bisa dipulangkan ke Indonesia sampai di Baubau dengan seluruh biaya ditanggung pihak travel,” ujarnya.

Selain itu, satu jemaah umrah yang meninggal di klinik Mekkah, jenazahnya langsung disalatkan di Masjidil Haram dan dimakamkan di sana. (bds)

 

Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Wulan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button