KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Empat hari menjelang acara puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 tahun 2019, persiapannya rampung 90 persen.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI) Prihasto Setyanto, usai menggelar rapat pemantapan persiapan peringatan HPS bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra di Kantor Gubernur Sultra, Selasa (29/10/2019).
Peringatan HPS ke – 39 tahun ini mengusung tema internasional “Our Actions are Our Future, Healthy Diets for #Zero Hunger World”. Sementara tema nasional adalah “Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045”.
[artikel number=3 tag=”hps,gubernur”]
Tentunya kata dia, tema tersebut sejalan dengan strategi pembangunan Pertanian Kementerian Pertanian 2015-2019, yaitu menjadikan pangan sebagai basis produksi dan ekspor melalui penyediaan bahan baku bio industri.
Dia juga mengatan peringatan HPS ini merupakan momentum terbaik karena tidak hanya diperingati oleh Indonesia, namun juga seluruh anggota PBB yang ikut berpartisipasi.
“Kesiapan pelaksanaan hari puncak Kegiatan HPS di Sultra sudah mencapai 90 persen, baik dari kesiapan lokasi maupun kesiapan pelaksanaan,” kata dia.
Peserta seluruh daerah saat ini sudah mengkonfirmasi kehadiran mereka kurang lebih 2.500 orang dari 34 Provinsi, diantaranya dihadiri 15 orang gubernur, tiga wakil gubernur dan 57 bupati dan walikota serta para petugas, KTNA, petani dari wilayah masing-masing.
“Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh 14 Duta Besar (Dubes) negara sahabat, 6 organisasi internasional yang dirangkaikan dengan acara Diplomatic Tour dengan melaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Labela, Kecamatan Besilutu, Kabupaten Konawe,” ungkapnya.
“Tentunya ini menjadi kebanggaan dan penghargaan bagi masyarakat Sultra untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan HPS ke – 39 oleh karena itu mari kita bahu membahu menyukseskan acara ini,” sambungnya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, di acara HPS tanggal 2 November 2019, akan menampilkan komoditas utama yaitu kakao dan sagu.
Lahan kakao di seluruh Indonesia seluas 1,7 juta hektare, di Sulawesi sekitar 1 juta hektare. Sementara di Sultra sendiri ada kurang lebih 260 ribu hektare.
“Produktivitasnya masih rendah, Ini yang menjadi tantangan kita untuk menerapkan teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya,” jelas dia.
Dirjen yang akrab dipanggil Anton menyebutkan bahwa HPS kali ini menjadi momen kebangkitan bahan pangan lokal sagu.
Sagu merupakan komoditas sumber karbohidrat pangan alternatif masa depan.
Dia menjelaskan komoditas sagu menjadi tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim. Berbeda dengan tanaman sumber pangan lainnya yang mudah terpengaruh perubahan iklim. Artinya kebutuhan akan pangan utama bisa diperoleh dari komoditas sagu.
Olehnya itu, komoditas sagu perlu diperhatikan teknologi pasca panennya karena sagu sangat potensial. Sagu yang ada di Papua, Maluku, Sumatera dan Kalimantan itu luar biasa. Indonesia kaya akan aneka macam panganan sagu. Ini adalah kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.
“Buang mindset bahwa sagu hanya menjadi masakan orang timur. Bicara lumbung pangan dunia, jangan hanya berbicara beras. Ada sagu, ubi, jagung bahkan sukun. Nanti di HPS akan disajikan aneka olahan sagu menjadi berbagai jenis olahan panganan. Dari berbagai segi kesehatan, sagu lebih baik dari nasi,” sebutnya.
Anton menambahkan bahwa penyelenggaran HPS tahun ini memberikan manfaat yang luar biasa. Di lokasi acara puncak pelaksanaan HPS terdapat beberapa gelar teknologi yang tentunya bisa menjadi referensi bagi para petani mengembangkan teknologi tepat guna.
Selain itu terdapat rangkaian kegiatan berupa seminar, temu bisnis, pameran dan aneka lomba yang berguna bagi petani dan masyarakat umum. Ditambah lagi kegiatan festival pangan lokal yang menampilkan produk komersial yang berbahan baku pangan lokal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Bertujuan untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi dalam membuat olahan pangan lokal yang menarik, bercita rasa tinggi, bernilai gizi, dan ekonomis.
Harapannya, pelaksanaan HPS tahun 2019 jadi ajang promosi besar-besaran sarana produksi, benih, sarana pengendalian OPT ramah lingkungan, alat dan mesin pertanian, aneka teknologi terkini beserta produk segar dan olahannya.
Dijadikan sarana bersatunya semua pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha pertanian untuk bersama-sama meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani.
“Selain itu, melalui HPS diharapkan juga dapat mendorong dan menjaring investasi pertanian di dalam dan luar negeri,” pungkas dia.
Reporter: Sunarto
Editor: Dahlan