Musim Kemarau Warga Kendari Kesulitan Air Bersih.
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Kemarau panjang mengakibatkan masyarakat Mandonga khusus di pemukiman lorong Dolog kesulitan mendapatkan air bersih dari pegunungan dan air PDAM
Ketua RW Kelurahan Mandonga, La Ute mengatakan, dulunya warga banyak menggunakan air PDAM, namun karena dirasa kurang lancar warga beralih ke air gunung dari kawasan Tahura Nipa nipa.
Masalah muncul ketika air gunung mengalami kekurangan debit karena musim kemarau. Sementara air PDAM sulit diakses karena rata-rata rumah mereka berada di topografi ketinggian.
[artikel number=3 tag=”air,kemarau”]
“Kami masyarakat lebih memilih menggunakan air gunung karena air PDAM tidak bisa naik ke rumah meski sudah menggunakan mesin pompa air”, Ujarnya.
Warga Kelurahan Mandonga lainnya Aldi (40) mengatakan air PDAM sangat sulit untuk diakses, terlebih lagi jadwal pelayanan air PDAM selalu berubah-ubah. Mereka sulit mendapatkan air bersih karena air gunung juga mengalami kekeringan.
“Kami sejak 5 tahun lalu sudah tidak menggunakan air PDAM karena aliran airnya sedikit, kadang setiap 3 hari baru mengalir dan kami harus menunggu sampai tengah malam”, ujarnya.
Selain di Mandonga kesulitan air juga di alami warga Sanua-Sadohoa Kota Lama.
Air gunung dari kawasan Tahura Nipa nipa sudah mengalami kekeringan. Sementara air PDAM, hanya bisa mengalir 1 kali per minggu dengan jadwal yang berubah-ubah.
Elmita (39thn) seorang ibu rumah tangga mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air tower untuk dikonsumsi.
“Penjual air tower yang untung, dulu harga air tower cuma Rp 30 – 35 ribu per tower, sekarang karena musim kemarau harganya sudah naik Rp 40 – 50 ribu per tower. Sedangkan itu kadang pesan pagi hari datangnya siang atau sore, karena kebanyakan pelanggan” ucapnya.
Dampak pembukaan lahan untuk pemukiman dan perkebunan di kawasan Tahura Nipa nipa diakui sangat berpengaruh pada kondisi daya dukung kawasan untuk menyediakan air bersih.
Seorang warga Jl Lasolo, Markus (46thn) mengungkapkan pengalaman tahun 2009 lalu saat musim kemarau panjang selama 6 – 7 bulan, warga yang menggunakan air gunung di Jl Lasolo tidak pernah mengalami kekeringan.
“Air gunung jalan setiap hari terbuang-buang kala itu. Sekarang warga saling berebut sumber air kawasan Tahura, proyek Sistem Pengolahan Air Minum (SPAL) dari Pemkot Kendari, sekarang tidak berguna karena warga saling berebut air dari pipa distribusi” ketusnya.
Reporter: M1
Editor: Aqsa