Musim Kemarau di Daratan Sultra Alami Kemunduran, Ini Penjelasan BMKG
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau di Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun ini terjadi pada Juli-Agustus
Namun setelah dievaluasi, ternyata musim kemarau mengalami kemunduran.
Kepala Stasiun Klimatologi Konawe Selatan (Konsel), Aris Yunatas saat dihubungi Detiksultra.com, Minggu (5/9/2021) menjelaskan, pihaknya membagi lima zona musim (ZOM) kemarau di wilayah Sultra, pertama 3.11 (Kolaka dan sekitarnya), 3.12 (Konawe dan sekitarnya).
Kemudian, 3.13 (Bombana dan sekitarnya), 3.14 (Muna dan sekitarnya) dan 3.15 (Buton dan sekitarnya).
“Setelah kami evaluasi, ternyata yang betul-betul masuk musim kemarau itu wilayah Muna dan Buton. Sementara wilayah daratan mundur awal musim kemaraunya,” ungkapnya.
Terjadinya kemunduran awal musim kemarau, kata Aris, ditengarai oleh anomali cuaca itu sendiri.
Pertama anomali temperatur meningkatnya suhu permukaan laut sehingga menambah potensi penguapan yang menimbulkan pembentukan awan.
Kedua, adanya aliran gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah di sejumlah wilayah di Sultra yang menyebabkan terjadinya hujan lebat.
“Dua faktor itu yang menyebabkan terjadinya hujan di wilayah kita. Sehingga perkiraan awal musim kemarau di daratan mundur,” jelas Aris Yunantas.
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini pihaknya belum dapat memprediksi kapan awal musim kemarau terjadi di wilayah daratan Sultra.
Sebab menurut dia, dalam menenentukan awal musim kemarau tidak serta merta, harus berdasarkan analisis mendalam dan komprehensif.
Untuk mendekati musim kemarau, hujan harus berada di bawah 50 milimeter (mm)/dasarian dan ikuti berikutnya. Jika hal ini terpenuhi hingga di bawah 250 mm/dasarian maka sudah dapat dikatakan awal musim kemarau.
“Namun karena curah hujan masih tinggi, kami belum dapat kami tentukan. Kami masih tunggu hingga betul-betul hujan itu sampai pada 50 mm/dasarian,” tukasnya. (ads*)
Reporter: Sunarto
Editor: J. Saki