KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP), mengedepankan pentingnya mengelola ekosistem secara menyeluruh.
Salah satu komponen yang penting dari Program PAAP adalah adanya kawasan larang ambil, agar ikan dapat terus berkembang biak sehingga dapat terjadi limpahan (spill-over) ikan ke perairan sekitarnya.
Prof. Ma’ruf Kasim, dari Universitas Halu Oleo (UHO), menyetujui pernyataan itu, dan menambahkan, jika dimanfaatkan dengan tepat, maka hasil tangkapan nelayan kecil sebenarnya dapat berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Sultra.
[artikel number=3 tag=”nelayan,ekonomi”]
“Ada dua kunci dalam mengatasi permasalahan pengelolaan perikanan skala kecil, yaitu terjaganya habitat dan ekosistem dimana ikan itu hidup, serta tersedianya tata kelola perikanan yang mampu memberikan ruang kepada masyarakat,” ujarnya dalam kegiatan Rare, Rabu (28/8/2019).
Seorang nelayan ikan dari Teluk Kolono (Konawe Selatan) Jawastullah, berpendapat bahwa sumber daya itu adalah anugerah dari yang maha kuasa, dan sangat tidak layak jika dirusak hanya untuk mendapat keuntungan sementara.
Permasalahannya saat ini adalah, para nelayan skala kecil yang sebagian besar hidupnya bergantung di laut, secara tidak langsung telah mengeksploitasi sumber daya ikan tanpa perhitungan yang berimbas kepada fenomena overfishing atau penangkapan berlebih.
Pemerintah Sultra menduga, nelayan skala kecil akan terus mendapatkan kerugian dari kegiatan penangkapan yang berlebih dan merusak.
Sehingga kontribusi perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah pun tidak bisa berjalan dengan baik.
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Rani