Kendari Kota Tak Bertaqwa
Oleh: Selmi Thalib
Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Sultra
KENDARI kota seribu aroma, rasanya itu adalah sebutan yang paling cocok dan paling pas yang disematkan kepada kota kendari, yang dulu katanya meraih penghargaan adipura.
Kendari makin hari makin tidak menentu, sampah berserak dimana-mana, menabur aneka warna dan menguar aroma tak sedap. Disetiap sudut, simpang dan jalan berjejer pedangang kaki lima yang lupa akan adat dan budaya hidup di kota. Berjualan sesukanya, membuang sampah sembarangan. Pokoknya Kendari saat ini sangatlah pantas disebut kota seribu satu aroma.
Kendari juga kota maksiat, judi bertebaran dengan segala bentuk, jenis dan beragam alatnya. Disisi lain gemerlap kota maksiat dihiasi pula dengan kegiatan prostitusi mulai dari yang terselubung hingga terang-terangan. Banyak mahasiswa bertekad memunahkannya dan tidak sedikit pula yang mencari makan dari sana. Saya yakin dikalangan mahasiswa bukan lagi cerita baru.
Kendari juga Kota miras/pongasi. percaya atau tidak yang jelas di Kendari ini untuk mendapatkan miras juga tidak begitu susah. Disisi lain segala aktivitas dan upaya menanggulangannya tidak pernah mencapai akar permasalahan yang sebenarnya. Seharusnya gerakan penyadaran dan pemberantasan itu harus berangkat dari diri generasi muda itu sendiri. Bukan hanya sekedar penyuluhan, seminar, dialog maupun spanduk.
Kota semrawut dan amburadul juga melekat di diri kota tercinta kita ini. Tengok saja ulah pengemudi angkot dan pedagang kaki lima. Semuanya seenak perut, berhenti seenak hati, membawa penumpang sebanyak-banyaknya, rute dianggap tidak ada dan membawa mobil secepat-cepatnya. Pokoknya kota ini sudah benar-benar menjadi kota yang tidak ada tuannya.
Kalau kita cermati sebenarnya penduduk kota ini, pejabat kota ini dan nilai budaya yang melekat dikota ini sepertinya sudah mati. Kota ini sudah kehilangan identitas dan jati diri. Predikat kota bertakwah perlu ditinjau ulang, dikaji, dibahas dan diseminarkan.
Kita semua pasti sepakat jika mengatakan, bahwa Kendari adalah kota yang sangat beragam baik dari segi suku, adat dan budaya serta agama.
Kalau mau jujur, saudara-saudara kita yang proses aktivitasnya banyak menghasilkan sampah, seperti jualan makanan dan dagangan, sedikitpun jarang mau berperan serta bersama-sama menjaga kebersihan dan keindahan kota. Yang mengotori, yang mengkuahi dan memberi aroma kurang sedap di kota ini adalah mereka juga. Hitung saja berapa persen penduduk di kota ini, Berapa persen diantaranya yang aktivitas usahanya akan berpotensi untuk mengotori, mengkuahi dan memberi aroma terhadap kota ini? Dan mari kita data para pengemis yang tersebar disetiap sudut kota.
Jadi upaya paling mendasar untuk memerangi sampah, judi, prostitusi dan berbagai penyakit yang menggoroti Kendari harus mulai dari warganya sendiri. Dukungan, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan.
Namun pemerintah dan aparat penegak hukum juga tidak boleh tinggal diam. Untuk itu hukum dan aturan yang telah dibuat harus ditegakkan, aturan main harus dijalankan dan yang bersalah haus dihukum tanpa memandang itu keluarga, sekampung, sesuku ataupun seagama. Kebulatan tekad untuk sama-sama membangun dan mengembalikan ciri Kendari sebagai Kota Bertakwa niscaya akan terwujud jika semua wargannya mau sama-sama meleburkan diri. Sama-sama sadar dan mawas diri. Kebersihan adalah sebagian daripada Iman. Jagalah kebersihan kota Kendari sebagai kota bertakwa, bukan sekedar ikon.