Keberadaan PT GKP di Konkep Dongkrak Perekonomian Masyarakat
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Kehadiran perusahaan tambang nikel di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara (Sultra), banyak memberikan sumbangi positif terhadap daerah dan masyarakat di sekitar area tambang. Berada di Kecamatan Wawonii Tenggara, PT GKP meletakkan janji dan komitmen perusahaan, jika kelak beroperasi. Komitmen perusahaan itu, kini benar-benar direalisasikan.
Head Of Site PT GKP, Basri Kambatu mengatakan, sejak kehadiran PT GKP 2018 hingga kini, pihaknya terus berperan dan konsisten akan asas manfaat perusahaan yang diberikan kepada masyarakat. Basri Kambatu menyebut, dari berbagai aspek kepentingan masyarakat lingkar tambang, PT GKP mengakomodir dengan membantu menyediakan fasilitas penunjang sehari-hari masyarakat.
Namun yang paling fundamental kata dia, dengan kehadiran PT GKP di Konkep dapat memberdayakan tenaga kerja lokal. Terbukti saat ini, kurang lebih 80 persen karyawan PT GKP adalah asli warga lingkar tambang.
Menurutnya dengan komposisi tenaga kerja lokal yang begitu dominan, membuktikan bahwa investasi PT GKP di Konkep merupakan wujud komitmen dan dukungan PT GKP terhadap pemerintah dengan merekrut banyak karyawan lokal.
“Sejauh ini, kami beroperasi baru enam bulan, dan kami telah merekrut karyawan dengan komposisi 80 persen lokal dan 20 persen non lokal,” ujar dia dalam rilis yang diterima, Minggu (6/1/2023).
Basri Kambatu melanjutkan, kesempatan memberikan peluang kepada pekerja lokal tidak hanya sekedar untuk memperbaiki kondisi ekonomi, namun ada esensi lain yang dapat dipetik bagi para karyawan setelah bekerja di PT GKP.
Disebutnya, mengembangkan keilmuan pekerja setelah menyelesaikan jenjang pendidikan ditingkat perguruan tinggi, mengasah keahlian dan potensi masing-masing dan menciptakan pengalaman baru bekerja di perusahaan tambang.
“Jadi yang paling signifikan, setelah hadirnya PT GKP dan banyak merekrut karyawan, kompetensi para pekerja lokal ini sudah dapat memberikan output pekerjaan yang baik untuk perusahaan,” ucap Basri.
Di sisi lain, sektor perekonomian di tengah masyarakat lingkar tambang meningkat secara signifikan. Utamanya, masyarakat yang tidak berkerja di perusahaan. Mereka dengan mandiri mendirikan usaha seperti warung makan dan indekos.
Sebelum kehadiran PT GKP di Konkep, khususnya di Kecamatan Wawonii Tenggara ini, tidak ada sama sekali warung makan dan indekos yang dapat dijumpai. Tetapi pasca kehadrian dan beroprasinya PT GKP, membuat wajah Kecamatan Wawonii Tenggara perlahan-lahan berubah. Saat ini, sudah banyak dijumpai warung makan dan indekos.
“Artinya secara tidak langsung kehadiran PT GKP, memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat sekitar tambang. Apalagi khusus bahan makanan karyawan PT GKP banyak diambil dan disuplai oleh masyarakat disini. Mulai dari sayur-sayuran, ikan, ayam dan bahkan air minum pun disuplai masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Humas Internal PT GKP, Marlion menjelaskan awal kehadiran perusahaan tersebut, terjadi penolakan besar-besaran dari masyarakat, khususnya di Roko-Roko Raya, Kecamatan Wawonii Tenggara ini.
Tentu kebanyakan alasan masyarakat berkutat pada persoalan dampak lingkungan, yang takutnya dikemudian hari bisa menimbulkan masalah baru bagi masyarakat. Namun lambat laun, pasca manajemen perusahaan intens mensosialisasikan dampak positif kehadiran tambang, tanpa mengenyampingkan dampak lingkungan, barulah kemudian masyarakat bisa menerima kehadiran perusahaan tambang PT GKP. Walaupun, masih ada segelintir warga lingkar tambang yang kekeh dengan pendirian awal mereka, yakni menolak kehadiran investasi pertambangan di Konkep.
“Dulu mayoritas warga lingkar tambang khususnya di Roko-Roko Raya ini menolak, tapi sekarang alhamdulillah berbalik arah mendukung kehadiran PT GKP. Jika kita hitung-hitungan 85 persen itu pro dan memang masih ada yang masih menolak,” tuturnya.
Pun demikian, lanjut Marlion keraguan dibenak masyarakat terkait janji perusahaan, kini mulai terwujud. Salah satunya, dominasi perekrutan tenaga kerja lokal.
Tadinya, banyak masyarakat ataupun para pemuda yang baru menyelesaikan studi di perguruan bingung untuk bekerja dimana. Tetapi hadirnya PT GKP, mereka pun dengan mudah mendapatkan pekerjaan.
Bagi mereka yang sudah tak ingin melaut dan bertani, dengan kehadiran PT GKP, masyarakat bisa kapanpun menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
“Dari yang sebelumnya kontras dengan hadirnya perusahaan, sekarang masyarakat sudah bisa merasakan dampak dari kehadiran PT GKP dan itu terbukti,” timpalnya.
Sementara itu, Amar, yakni salah seorang karyawan PT GKP dari Wawonii Selatan juga turut menyampaikan harapannya, supaya kedepannya nanti PT GKP ini dapat mendirikan smelter agar lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja, terutamanya di daerah Konkep.
“Keberadaan PT GKP ini sangat positif bagi kami selaku putra daerah. Harapan saya, mudah-mudahan PT GKP terus berkembang, supaya bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi,” harap Amar
Pemanfaatan CSR PT GKP
Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, PT GKP banyak memberikan kontribusi positif sesuai kebutuhan masyarakat sekitar lingkar tambang.
Seperti yang diungkapkan, SPT Eksternal CSR PT GKP, Aldo Sastra, sebelum berbicara pemanfaatan CSR perusahaan, pihaknya terlebih dahulu melakukan pemetaan, guna menggali potensi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
“Yang kita maping (petakan) mulai dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan dan lain-lain. Dari situ kita lihat apa yang benar-benar menjadi kebutuhan dasar dengan mengutamakan program prioritas bagi warga sekitar lingkar tambang,” ucap Aldo.
Dikerucutkannya, dari aspek ekonomi. Tim CSR PT GKP melihat masyarakat di sekitar lingkar tambang banyak menekuni profesi pekebun jambu mete dan kelapa. Apalagi Konkep dikenal sebagai penghasil jambu mete terbaik di Sultra.
Dari situ, kemudian Tim CSR PT GKP melihat peluang ekonomis pada dua komoditi unggulan warga sekitar lingkar tambang, yang sebelumnya hanya dijual gelondongan.
Dengan ide pengembangan komiditi, pihak perusahaan lalu membentuk dua kelompok binaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk komiditi jambu mete dan kelapa.
Usai kelompok UMKM binaan terbentuk, barulah pihak perusahaan memfasilitasi dengan memberikan pelatihan dan edukasi bagaimana mengembangkan sebuah komiditi menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
“Jadi ada binaan pengolahan jambu mete dengan enam varian rasa dan juga binaan pengolahan kelapa menjadi kripik dengan tiga varian rasa,” bebernya.
Selain itu, sasaran CSR PT GKP lainnya yakni pembangunan infrastruktur juga sebagai penunjang kelancaran perekonomian masyatakat.
Diantaranya, pembangunan Base Transceiver Station (BTS) atau infrastruktur telekomunikasi, perbaikan jalan, perbaikan jembatan, pemberian tambahan makanan bayi serta dukungan perusahan kepada dunia pendidikan di Konkep.
Dia menambahkan, saat ini pihaknya tengah menggagas guna melebarkan pemanfaatan CSR di sektor pertanian dan perikanan. Untuk sektor pertanian, Aldo mengatakan akan membentuk kelompok budidaya sayur organik.
Mengingat potensi pengelolaan sayur organik di Konkep itu sangat besar. Namun aktivitas masyarakat di sektor ini masih sangat minim. Itu terbukti, ketika ingin membeli sayuran, perusahaan harus belanja di Langara (Ibu Kota Konkep) ataupun di Kota Kendari.
“Untuk nelayan mungkin kita akan bentuk koperasi nelayan. Nah inilah rencana-rencana perusahaan yang satu demi satu kami realisasikan. Ini semata-mata bentuk kepedulian dan komitmen perusahaan untuk mensejaterahkan masyarakat,” paparnya.
Di tempat yang berbeda, Dani, salah satu warga Desa Mosolo, Kecamatan Wawonii Tenggara, turut mengapresiasi hadirnya PT GKP di Konkep. Menurut Dani, PT GKP tidak hanya memberikan dampak dari sisi penyerapan tenaga kerja lokal, namun juga berkontribusi dari berbagi sektor, misal perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan yang kini sudah dirasakan warga Mosolo.
Di samping itu juga, taraf ekonomi warga bisa diukur pasca hadirnya PT GKP ditengah masyarakat. Contoh, awalnya warga yang tadinya bermata pencaharian sebagai nelayan, yang mungkin tiap bulan mereka tidak tahu pasti penghasilannya berapa.
Tetapi dengan hadirnya PT GKP, mereka bisa berbondong-bondong melamar, kemudian mereka bisa tau penghasilan perbulannya dengan jelas.
“Akhirnya dengan sendirinya peningkatan pendapatan masyarakat berbubah total.
Mereka sudah bisa membeli kendaraan, merenovasi rumah dan sebagainya,” ucap Dani.
Kemudian, salah satu kelompok UMKM jambu mete binaan PT GKP, Hartati mengungkapkan, bahwa dirinya sangat merasakan dampak positif hadirnya perusahaan tambang di daerahnya.
Buktinya, yang dulunya mereka masih awam dengan pengolahan jambu mete menjadi produk unggulan, kini sudah bisa dilakoni berkat bantuan dari PT GKP.
Ia menyebut, produk yang mereka hasilkan sudah disebar di berbagai kios-kios, bahkan sampai ke ritel modern. Tentu dengan beragam varian rasa, membuat omset yang didapatkan perbulannya bisa mencapai jutaan rupiah.
“Bulan lalu yang terjual, kurang lebih 200 bungkus dengan harga Rp25 ribu per bungkus,” katanya.
Dengan demikian, dia berharap kedepan PT GKP bisa lebih giat membantu dan memberikan sumbangi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. (bds)
Reporter: Sunarto
Editor: Wulan