6 Daerah di Sultra Berstatus Awas Kekeringan, Musim Hujan Diprediksi Maret 2024
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sebanyak 6 kabupaten kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berstatus potensi awas kekeringan meteorologis.
Hal tersebut berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) UPT Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Keenam daerah di Sultra yang berpotensi awas kekeringan yakni Kota Baubau, Buton Selatan (Busel), Bombana, Buton Tengah (Buteng), Muna, dan Muna Barat (Mubar).
Kepala Stasiun Klimatologi Sultra Aris Yunatas mengatakan, status awas di enam wilayah tersebut merupakan dampak dari El Nino yang terjadi di Indonesia, termasuk Sultra.
“Untuk di Kota Baubau yang terdampak kekeringan yaitu Kecamatan Batupoare, Betombari, Bungi, Sorawolio, Wolio, Murhum dan beberapa kecamatan lainnya,” ungkapnya pada Selasa (24/10/2023).
Lanjutnya, untuk Kabupaten Bombana meliputi Kecamatan Kabaena, Kabaena Barat, Kabaena Selatan, Kabaena Tengah, Kabaena Timur, dan Kabaena Utara.
Sedangkan di Kabupaten Buton Selatan yakni Kecamatan Batauga, Kadatua, Lapandewa, Sampolawa, Siompu, Siompu Barat, Batu Atas.
Kabupaten Buton Tengah di antaranya Kecamatan Gu, Lakudo, Mawasangka, Mawasangka Tengah, Mawasangka Timur, Talaga Raya, Sangia Wambula.
“Di Kabupaten Muna meliputi Kecamatan Bone, Kabangka, Kabawo, Tongkuno, Tongkuno Selatan. Sedangkan di Muna Barat juga terdapat beberapa kecamatan yang berdampak kekeringan,” terangnya.
Berdasarkan status kekeringan tersebut, BMKG memprediksi prakiraan durasi musim hujan di seluruh wilayah Sultra akan terjadi pada Maret, April dan Mei 2024.
Aris mengatakan dampak dari musim hujan ke depan akan terjadi pada beberapa sektor yakni sektor kebencanaan, sektor perkebunan, dan sektor transportasi.
Pada sektor kebencanaan akan terjadi peningkatan curah hujan yang disertai angin kencang dan petir, dampaknya yakni banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Di sektor pertanian maupun perkebunan yakni genangan atau banjir pada lahan pertanian dan rusaknya komoditi tanaman tertentu akibat angin kencang.
“Kondisi tersebut berpotensi akan menyebabkan terjadinya gagal panen yang akan menurunkan produksi serta berimbas pada kenaikan harga,” terangnya.
“Sedangkan dampak di sektor transportasi yaitu jalanan licin dan tergenang, tumbangnya pohon akibat angin kencang, dan rusaknya jembatan maupun jalanan,” pungkasnya. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan