Program Kemitraan Masyarakat Pascasarjana UHO, Dorong Pola Makan Berbasis Pangan Lokal
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Tim Dosen dan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Halu Oleo (UHO) mengadakan penyuluhan bertema “Pola Makan Berbasis Pangan Lokal Untuk Balita Sehat dan Generasi Cerdas”. Acara ini digelar bersama tim penggerak PKK dan kader Posyandu Kelurahan Kambu pada Rabu, (6/11/2024), bertepatan di Kantor Lurah Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari.
Ketua Tim, La Aso M.Hum, menyampaikan bahwa pangan lokal, seperti jagung yang tinggi protein dan sayuran kelor, sangat dianjurkan untuk konsumsi balita. Kelor baik dikonsumsi karena mengandung banyak vitamin dan mineral yang mendukung pertumbuhan dan kesehatan balita.
Sekretaris Lurah Kambu, Hartina, mengapresiasi kegiatan ini dan menyatakan bahwa isu stunting di Kota Kendari saat ini meningkat, termasuk di Kelurahan Kambu, yang tercatat tujuh kasus stunting. Hartina berharap program ini membantu percepatan pencegahan stunting, dengan program pemberian makan pendamping dari Dinas Kesehatan untuk bayi dan balita.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya UHO, Wa Ode Sifatu, menjelaskan bahwa pangan lokal meliputi makanan yang dihasilkan oleh nelayan petani dan peternak yang sesuai dengan tubuh kita.
“Dalam antropologi kesehatan, pangan lokal yang tumbuh di daerah kita dan diwariskan oleh leluhur kita memiliki manfaat besar karena sesuai dengan hormon tubuh kita,” jelasnya.
Sifatu mengungkapkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-5 di dunia dalam kasus stunting, dengan Sulawesi tenggara sebagai provinsi dengan angka stunting tinggi. Untuk mengatasi ini, mantan Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 72 tahun 2021 untuk mempercepat penurunan stunting. Stunting dapat dicegah dengan pola makan, pola pikir dan pola asuh yang tepat.
Dampak stunting sangat luas, tidak hanya pada kesehatan dan pertumbuhan tetapi juga pada ekonomi masyarakat. Anak yang stunting cenderung memiliki tinggi dan berat badan tidak sesuai usia tanpa lebih mudah dari anak seusianya, serta memiliki kesulitan fokus. Dalam ilmu gizi pemberian makan bagi balita sebaiknya dilakukan sebanyak enam kali sehari.
Penyuluhan ini juga menyoroti manfaat daun kelor yang kaya akan vitamin, kalsium, zat besi, dan protesium. Keloar memiliki vitamin A lebih banyak dari wortel, kalsium lebih banyak dari susu, zat besi yang lebih banyak dari bayam, vitamin C lebih banyak dari jeruk, dan potasium lebih banyak dari pisang. Pengenalan pangan lokal dalam menu MPASI, seperti kelor dan jagung diharapkan bisa mendukung tumbuh kembang anak dan menghindari risiko stunting.
“Semoga kegiatan ini bisa memberi pengetahuan agar bisa diterapkan dalam keluarga karena semakin cerdas anak maka semakin cerdas pula generasi yang kita bangun,” tukasnya. (**)
Reporter: Lilis Agustina
Editor: Wulan