Wakatobi

Mengenal Potapaki, Ajang Musyawarah Pembangunan dan Promosi Wisata Desa Kulati Wakatobi

Dengarkan

WAKATOBI, DETIKSULTRA.COM – Warga Desa Kulati, Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi memiliki budaya unik bernama Potapaki.

Potapaki berasal dari kata “tapaki” yang bermakna bertanya. Kemudian mendapat awalan “po” yang artinya saling. Potapaki berarti saling bertanya atau bermusyawarah.

Dalam pengertian yang lebih luas, potapaki bermakna melakukan duduk bersama warga yang memiliki garis keturunan Desa Kulati dalam rangka rembung untuk membicarakan tentang pembangunan dan masa depan Desa Kulati.

Potapaki digelar warga Desa Kulati setiap tiga tahun sekali sebagai ajang melakukan musyawarah. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, warga setempat dan perantaunya rembuk bersama untuk membahas tentang pembangunan desa.

Selain itu, potapaki juga menjadi ajang promosi wisata sebab dalam rangkaian acaranya ditampilkan berbagai macam kearifan lokal. Mulai dari seni, budaya, tradisi dan adat, syiar Islam, dan permainan anak-anak yang diperankan oleh anak-anak lokal untuk menjadi nostalgia masa kecil bagi orang dewasa dan para pemudik yang lama di perantauan.

Potapaki yang digelar pada momentum Idulfitri membuat ledakan besar pemudik yang berasal dari Kulati, atau yang memiliki garis keturunan dari desa ini karena bertepatan dengan hari raya umat muslim. Sementara, penduduk Desa Kulati seluruhnya adalah pemeluk agama Islam.

Momen potapaki keenam atau tepatnya Idulfitri 1443 Hijriah atau 2022 Masehi, dihadiri langsung oleh banyak sekali tokoh.

Bupati Wakatobi, Haliana yang juga hadir saat acara puncak potapaki (4/5/2022), memberikan apresiasinya. Ia menilai, acara potapaki perlu dijaga dan ditampilkan untuk disaksikan oleh generasi muda demi menjaga kelestarian budaya.

Ia pun berpesan agar generasi muda mau menjaga kekayaan tradisi peninggalan leluhur sekaligus dan terus berinovasi demi kemajuan Desa Kulati.

Kepala Desa Kulati La Ode Burhanudin yang ditemui dua hari sebelum acara puncak menuturkan, Potapaki pertama digelar pada 2006.

Mengenal Potapaki, Ajang Musyawarah Pembangunan dan Promosi Wisata Desa Kulati Wakatobi

“Awalnya belum meriah karena tidak ada rangkaian acara lain, hanya musyawarah tokoh dan para perantau yang mudik saja,” terangnya di panggung persiapan acara puncak Potapaki VI, Senin (2/5/2022).

“Namun untuk memikat warga Kulati yang ada di perantauan, pada acara-acara Potaki selanjutnya, dirangkaian kegiatan lain,” tambahnya.

Lanjutnya, jika Potapaki yang digelar sekali dalam tiap tiga tahun itu lebih kepada agar perantau mau pulang dan melihat kampung halamannya.

Pada puncak Potapaki (4/5), ia pun mengumumkan jika warga Kulati yang mudik lebaran tahun ini kurang lebih berjumlah 500 orang.

Junaidi selaku Ketua Panitia Potapaki VI menuturkan, acara Potapaki VI telah dibuka sejak 19 April 2022 yang bertepatan dengan berjalannya bulan Ramadan.

“Di bulan ramadan diisi dengan kegiatan syiar Islam dalam bentuk lomba-lomba, dan juga permainan rakyat” tuturnya.

Sementara pascaramadan, ada permainan rakyat, dan puncaknya pada 4 Mei adalah berpotapaki atau musyawarah tokoh dan perantau yang telah mudik.

“Diawali dengan tampilan tradisi dan adat lokal, di antaranya pasombo, kasodha, pajuju, manga lewu-lewu, bhosu-bhosu, dan pogau nu barangka,” ucapnya. (bds*)

 

Reporter : Abdul Ganiru
Editor: J. Saki

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button