Pilkada Muna; Dua Ekor Kuda Vs Satu Ekor Kuda, Siapa Kuat ???
Oleh MUHAMAD TRIPUTRA, SH. Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Jaya Baya Jakarta. Alumni Fakultas Hukum UHO. Mantan Ketua DPM Hukum UHO 2015-2017
Spontan kita akan mengakui bahwa dua ekor kuda tentu memiliki kekuatan lebih besar dibanding kekuatan satu ekor kuda. Bagi saya seperti itulah gambaran melihat kekuatan dua bakal calon kandidat yang diwacanakan ikut bertarung pada pilkada Muna Tahun 2019 antara petahana Rusman Emba dan sang penantang LM. Rajiun Tumada.
Siapa saja bisa berargumen, bahwa hal itu bukanlah gambaran kekuatan mutlak yang dimiliki oleh kedua figur tersebut, dikarenakan sifat politik yang cenderung dinamis dan tak pernah pasti siapa yang ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Saya katakatan, petahana bukan jaminan untuk menjadi pemenang dan seorang penantang tidak mudah menjadi pemenang mengalahkan seorang petahana.
Karena kembalinya kepada sang raja penentu yaitu suara mayoritas masyarakat mencoblos calon kandidat pada saat hari pemilihan.
Kali ini saya melihat besaran kekuatan kedua figur dalam sudut pandang kekuatan basis yang telah dimiliki dan kemampuan untuk menghimpun.
[artikel number=3 tag=”pilkada muna 2020,opini”]
☆ Gambaran sementara kekuatan basis sang petahana LM. Rusman Emba.
Pertama kalkulasi kekuatan petahana yang lumrah, yakni kekuatan birokrasi mulai dari kepala dinas, kepala bidang hingga staf, kemudian para camat hingga lurah, kepala desa hingga perangkat desa, kepala sekolah hingga guru honorer dan masih banyak lagi hal-hal lain yang dengan tangan sang petahana bisa menarik kekuatan basis masa lebih besar.
Bisa saja tidak 100% , tetapi dapat dipastikan golongan tersebut selalu menjadi hitungan penting sebelum sang penantang ujuk maju melawan sang petahana. Apalagi ditunjang dengan geliat petahana RE akhir-akhir ini terlihat sangat mesra, humanis dan turun langsung menjawab permasalahan masyarakat dengan membawa program nyata. Tentu hal ini jurus jitu sang petahana yang tidak bisa dilakukan oleh sang penantang.
Jika sang petahana secara terus-menerus memainkan peran dengan kebijakan anggaran yang bisa menyelesaikan problem masyarakat, bisa di pastikan RE akan menang mutlak pada Pilkada Muna 2019.
Problem RE hari ini, harus mampu meyakinkan publik, dengan memberikan keberpihakan kebijakan untuk menyelesaikan pembangunan pasar laino, rumah sakit muna dan ruas-ruas jalan yang belum tersentuh oleh pemerintah diakhir masa jabatanya.
Tiba penetapan calon nantinya, RE diprdiksi sulit untuk ditumbangkan bahkan RE akan semakin gagah dan siap 100 persen menghadapi siapapun yang menjadi lawanya.
Sedangkan Rajiun Tumada yang digadang-gadang sebagai kandidat kuat penantang petahana tak bisa juga dianggap enteng.
Rajiun sangat matang dalam hal menarik simpati dan menggaet dan menggerakan basis kekuatan.
Pertama, melihat keberhasilan beliau dalam merebut kursi 01 Muna Barat. RT berhasil lahir sebagai pemenang pada pemilihan Bupati Muna Barat tahun 2014 yang menumbangkan Ikhsan Taufiq Ridwan anak kandung dari Tokoh Politikus Senior Sultra Ridwan Bae.
Kedua, keberhasilan beliau memenangkan calon Gubenur Sultra Ali Mazi-Lukman Abunawas sebagai kandidat nomor urut 1 pada tahun 2018 dengan total capain suara mencapai 72,6 persen, disusul paslon nomor urut 2 Asrun dan Hugua 11 persen dan paslon nomor urut 3 Rusda Mahmud dan Safei Kahar 16,34 persen. Hal ini dianggap cukup berpengaruh, selain capain suara yang sangat besar, saat itu Ali Mazi-Lukman tidak pernah hadir berkampanye tatap Muka bersama masyarakat Mubar dibanding kedua lawanya yang turun langsung.
Kemenangan Alimazi-Lukman Abunawas di Muna Barat, sangat kuat berkat kemampuan Rajiun dalam merawat dan menggerakan simpul-simpul kekuatan yang dibangun untuk menarik simpati masyarakat.
Ketiga, capaian Partai Nasdem yang mencapai 9 kursi di Legislatif Mubar pada pilcaleg tahun 2019 beberapa waktu lalu, merupakan suatu keberhasilan yang luar biasa. Disinyalir sangat kuat ada pula peran-peran RT dibalik kemenangan besar partai besutan Surya Paloh tersebut.
Namun lagi-lagi, dari semua capaian itu, tidak bisa juga dijadikan acuan 100% akan sebanding dipilkada Muna nanti.
Karena disisi lain, Rajiun masih dianggap belum cukup signifikan dalam membuat terobosan kebijakan yang berdampak langsung terhadap masyarakat Mubar. Sala satunya yang masih menjadi sorotan sampai hari ini adalah pembangunan Jalan Ring Road yang masih tanda tanya kapan terealisasi, pembangunan kantor-kantor dinas sebagai sentral pelayanan publik Mubar belum maksimal.
Tantangan kita kedepan, jika terjadi keberimbangan kekuatan pendukung dari partai politik antara petahana dan penantangnya dalam Pilkada 2020. Bisa dipastikan kompetisi akan berlangsung sengit dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi gesekan di dua kekuatan besar yang terbangun. Besar dugaan, bisa menimbulkan ketidakstabilan dan keamanan masyarakat selama proses pilkada berlangsung.
Sejauh ini antara RE dan RT, dalam hal kemampuan menarik simpati masyarakat, RE masih terbilang unggul dibanding RT. Sederhananya RE turun kemasyarakat dengan membawa program kerja nyata sedangkan kegiatan-kegiatan RT masih sifatnya ceremonial dengan menyisipkan gagasan dan konsep yang masih dibilang masih sebatas wacana.
Tetapi yang terpenting adalah kesadaran masyarakat untuk melihat calon nantinya. Masyarakat Muna harus mampu melihat calon kandidat yang bisa menghadirkan kesejahteraan, pemerataan pembangunan, keadilan, terbukanya lapangan kerja, prinsipnya masyarakat hari ini menginginkan pemimpin responsif, problem solver yang benar-benar bekerja tidak sekedar mengumbar janji, tetapi harus mampu menyelaraskan antra perkataan dan perbuatan (bukan janji tapi bukti).