JAKARTA, DETIKSULTRA.COM – Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) bersama PT BURSA EFEK Indonesia (BEI), menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sebagai upaya mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia go publik, Jumat (17/3/2023). Bendahara Umum Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA), Mohammad Rafil Perdana mengatakan, kerja sama ini juga untuk sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya pasar modal bagi pelaku UMKM. Apalagi saat ini, pemerintah terus menjaga agar momentum pemulihan ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Bersama Wakil Ketua Umum Bidang Investasi dan Keuangan BPP HIPKA, Yana Aditya, Rafil mengatakan, event ini bertujuan mendukung pengembangan pasar modal melalui sosialisasi, edukasi, serta pendampingan mengenai go public, sekaligus penerbitan instrumen pendanaan pasar modal lainnya untuk perusahaan UMKM.
“HIPKA Mencoba untuk mengambil peran penting dengan memberikan mentoring terhadap perusahaan UMKM, melalui beberapa tahapan. Salah satunya adalah melalui sekolah pasar modal yang bertujuan untuk mebekali para pelaku UMKM dengan menata manajemen tata kelola bisnisnya, di situlah HIPKA berperan.” ujar Mohammad Rafil Perdana.
HIPKA-BEI bahkan aktif mendorong UMKM untuk mendapat akses modal, dengan melakukan penawaran umum perdana saham, atau Initial Public Offerin (IPO), di tengah antusiasme masuk pasar bursa di 2023.
Antusiasme itu terlihat lewat catatan BEI, yang hingga Februari 2023 terdapat lebih dari 30 pipeline perusahaan, menuju proses IPO.
Sebagai catatan, IPO Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara pada 2022 lalu, dengan total 59 perusahaan, yang berhasil melantai di bursa. IPO bisa menjadi alternatif pendanaan yang sehat, bagi kelompok perusahaan rintisan atau UMKM.
Memahami fenomena ini, HIPKA berupaya membantu anggotanya sebagai pelaku UMKM, agar akselerasi usahanya lebih berkembang. Salah satunya dengan menyediakan infrastruktur menuju IPO.
Pada 15 Maret lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menuturkan, untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi tersebut, diperlukan adanya penguatan pada sektor UMKM.
Sektor ini telah menyumbang sekitar 61 persen terhadap Produk PDB, menyerap 97 persen terhadap tenaga kerja, serta terbukti resilien dalam menghadapi krisis.
Menurut survei Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada Februari lalu, sebanyak 61 persen pemilik UMKM berumur lebih dari 40 tahun. Kedua terbanyak, 37 persen, berada di rentang umur 25-40 tahun, dan hanya 2 persen pemilik UMKM yang berumur kurang dari 25 tahun.
Sejalan dengan hal itu, Wakil Ketua Umum BPP HIPKA Yana Aditya menegaskan, jika HIPKA tempatnya anak muda berperan aktif dalam bisnis.
“HIPKA banyak mendorong pengusaha muda untuk gabung dengan HIPKA dan muncul sama-sama. Kami berupaya membuka akses jalan sebesar-besarnya bagi para anggota HIPKA, maupun para pebisnis yang ingin mendapatkan akses, baik dari jasa keuangan dan lain sebagainya, termasuk lewat jalur pasar modal,” jelas Yana Aditya.
Salah satu program yang digagas HIPKA bagi para anggotanya menuju IPO adalah Peningkatan Literasi Keuangan lewat Sekolah Pasar Modal. Lewat program ini HIPKA akan memetakan potensi para anggotanya, untuk terlibat dalam ekositem lantai bursa.
Selain itu, dari program edukasi ini juga akan ditentukan skala usaha dan jumlah partisipan para anggota HIPKA, yang ingin terlibat dalam investasi pasar modal. Rencananya program ini akan dimulai bulan Mei dan berakhir pada September 2023.
HIPKA adalah Himpunan Pengusaha KAHMI, merupakan organisasi bisnis dari kalangan pengusaha muslim yang berhimpun di Kadin Indonesia. Berdirinya HIPKA dilatarbelakangi kebutuhan bagi warga Korps Alumni HMI (KAHMI), yang memiliki SDM akademis intelektual untuk mengembangkan potensi yang dimiliki selama ini. (bds)
Reporter: Septiana Syam
Editor: Wulan