KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Organisasi masyarakat (Ormas) Tamalaki Sarano Tolaki Sulawesi Tenggara (Sultra) menyambut baik wacana pembangunan tugu atau monumen Kalo Sara di Taman Kota Kendari.
Ketua Umum Dewan Pendiri Tamalaki Sarano Tolaki Sultra, Sutamin Rembesa mengatakan kebijakan pemerintah kota (Pemkot) dalam hal ini Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir sangat tepat, apabila membangun tugu Kalosara tersebut.
Sebab menurut dia, Kalo Sara merupakan sumber adat istiadat dalam tataran kehidupan sehari-hari Suku Tolaki yang perlu dilestarikan dengan mengabadikannya melalui monumen.
Sehingga dengan wacana Pemkot Kendari ini, bagian dari semangat baru para generasi muda Suku Tolaki untuk ikut bergerak melestarikan adat dan kebudayaan leluhur.
“Kita menyambut baik apa yang pembangunan monumen Kalo Sara. Tentunya ini sebagai bentuk dedikasi yang setinggi-tingginya untuk melestarikan adat istiadat Suku Tolaki,” kata dia, Sabtu (28/8/2021).
Nantinya, kata dia monumen Kalosara ini bukan hanya sekedar ikon baru Kota Kendari, tetapi dapat dijadikan tempat edukasi dan rekreasi untuk masyarakat.
Tentunya, akan memberikan dampak positif bagi sejumlah pihak, seperti pedagang kaki lima dan lain-lainnya.
“Kami berterima kasih dengan inisiatif Wali Kota Kendari, semoga wacana ini sesegera direalisasikan,” tandasnya.
Sebelummya, Pemkot Kendari bersama para tokoh dan akademisi Suku Tolaki telah membahas pembangunan monumen Kalo Sara melalui focus group discussion (FGD).
Kalo Sara adalah seperangkat benda yang menjadi lambang kelas sosial dalam
masyarakat adat Suku Tolaki di Sultra atau dapat diartikan sebagai lingkaran hukum adat. Kalo Sara terbagi menjadi 3 bagian yaitu kalo, kain putih, dan siwoleuwa.
Kalo Sara menjadi gagasan yang diterapkan dalam rumah tangga, kemasyarakatan, pendidikan, politik dan perdamaian.
Selain itu kegunaan Kalo Sara untuk memberitahukan masyarakat tentang peristiwa penting seperti wafatnya seseorang, pernikahan, penyampaian berita kepada pemerintah, dan sebagai undangan kepada tamu terhormat.
Anggota masyarakat yang selalu menggunakan Kalo Sara untuk berkomunikasi dianggap memiliki etika yang baik. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak menggunakan Kalo Sara untuk berkomunikasi dianggap sombong. (bds*)
Reporter: Sunarto
Editor: J. Saki