KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Kota Kendari masuk salah satu daerah di Indonesia kategori resiko tinggi terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor, kebakaran pemukiman dan kekeringan.
“Pada tahun 2013 merupakan kejadian bencana banjir yang sangat parah di Kota Kendari yang tidak hanya mengakibatkan kerugian materi dan kerusakan lingkungan tapi juga menelan korban jiwa. Pada tahun ini tepatnya tanggal 13 April 2019 telah terjadi bencana banjir yang menyebabkan terendamnya pemukiman penduduk dan fasilitas umum dan sosial di Kecamatan Wua-wua dan Baruga,” ungkap Asisten 1 Pemerintah Kota Kendari, Makmur, saat mengukuhkan Forum Pengurangan Risiko Bencana Kota Kendari.
[artikel number=3 tag=”bencana banji,bpbd kendari”]
Dia mengungkapkan, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Kendari ini memiliki peran besar untuk mengurangi risiko kebencanaan di Kota Kendari, karena terdiri dari stakeholder yang punya kepedulian.
Untuk mengurangi risiko bencana tersebut, Pemerintah Kota Kendari mengajak stakeholder kebencanaan dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terlibat aktif.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari Suhardin mengatakan, untuk meminimalisir risiko bencana di Kota Kendari, BPBD Kota Kendari sudah memasang peringatan dini bencana tanah longsor.
“Dalam waktu dekat kita akan pasang early warning sistem untuk banjir, sehingga warga sudah tahu lokasi pengungsian dan jalur evakuasi kalau terjadi bencana. Kami juga akan kesekolah-sekolah untuk memberikan pengetahuan pada siswa tentang siaga bencana,” jelasnya.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Kota Kendari, Safril Kasim mengatakan, masyarakat punya peran penting mengatasi banjir di Kota Kendari, karena salah satu penyebab banjir yang setiap tahun melanda yaitu tumpukan sampah di aliran sungai yang bermuara ke Teluk Kendari.
“Sampah menjadi penyebab sedimentasi nomor dua di teluk, yang pertama pembangunan infrastruktur di sekitar teluk. Kalau masyarakat bisa mengatasi persoalan sampah, maka resiko banjir bisa dikurangi,” ungkap Akademisi UHO ini.
“Regulasi penggunaan lahan di hulu dan tengah DAS Wanggu, perlu didorong untuk menurunkan laju aliran permukaan di musim hujan serta meningkatkan kapasitas infiltrasi, sehingga meningkatkan cadangan air tanah,” tambahnya.
Dosen Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL ) UHO ini menjelaskan, Forum PRB akan mengambil peran lebih strategis dalam aspek pengurangan risiko bencana.
“Visi Forum PRB Kota Kendari adalah Menjadi mitra strategis dan terdepan pemerintah Kota Kendari dalam pengurangan risiko bencana dengan empat misi, yaitu memprakarsai dan mengembangkan strategi advokasi PRB, mendorong perbaikan tata kelola urusan kebencanaan, meningkatkan kapasitas masyarakat dalam PRB Kota Kendari, serta membangun jejaring kemitraan global, nasional dan lokal,” pungkasnya.
Sumarlin