Metro Kendari

Pegiat Budaya Sultra Sebut Pendidikan dan Kebudayaan Tak Terpisahkan

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Pegiat Budaya Sulawesi Tenggara (Sultra), Munsir, mengatakan pendidikan dan kebudayaan sangat erat hubungannya. Hal itu sebagaimana tertuang dalam UUD 45 pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurut Munsir, keduanya memiliki hubungan timbal balik yang erat. Sebab, pendidikan berperan membentuk manusia yang berbudaya, sedangkan kebudayaan berperan membentuk nilai dan pedoman kehidupan.

Munsir menyampaikan, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 ini bukan hanya momentum seremonial ritual saja, melainkan memiliki pesan moral tinggi bagi generasi selanjutnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Keduanya memiliki hubungan, pendidikan adalah membudayakan manusia untuk berbudi, sedangkan kebudayaan mendidik manusia untuk cerdas. Sinkronisasi keduanya adalah pendidikan karakter,” katanya.

Lebih lanjut, dari pendidikan karakter tersebut terdiri dari nilai, moral tingkah laku serta perilaku yang terbentuk, yang dibungkus dalam akhlakul karimah dalam Islam.

Olehnya itu, pendidikan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan atau khususnya peradaban.

Dengan memajukan pendidikan sama artinya dengan membangun peradaban dan keadaban budi luhur. Kemajuan ini dengan melihat nilai-nilai dari keduanya.

“Untuk mendukung hubungan keduanya, maka pentingnya semboyan yang telah digaungkan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara,” terangnya.

Semboyan ini terdiri dari ing ngarso sung tulodo atau di depan memberi contoh baik, ing madya mangun karsa atau di tengah harus memberi semangat dan tut wuri handayani atau dari belakang harus memberi dorongan.

Munsir juga menekankan pada peringatan Hardiknas kali ini, semua pihak mengenakan pakaian adat. Ini menunjukkan pendidikan dan kebudayaan sangatlah berkaitan erat antar satu sama lain.

Melalui pakaian adat tersebut juga dapat memberikan edukasi dan literasi pengetahuan bagi generasi penerus bangsa.

Hal ini untuk menemukan jati dirinya melalui nilai, makna hingga filosofis yang terkandung di dalam warisan budaya pendahulu leluhur yang harus digali dan kenali.

Misalnya saat ini ia mengenakan pakaian adat Buton hitam putih, sebagai pesan moral nya dari segi perspektif Islam hitam adalah kegelapan dan putih adalah penerang.

“Sebagaimana perjuangan Rasulullah, dalam merubah konsep peradaban, dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang,” tuturnya.

“Sedangkan dalam pesan moral dari segi adat dan budaya, hitam putih merupakan salam satu bendera yang di bawa Mia Patamiana pada masa Kerajaan Buton yang disebut Longa-longa,” tutupnya. pafiacehadministrasi.org (cds)

 

Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button