KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Ada fenomena alam menarik dimomen gerhana bulan malam ini, Harvest Moon.
Harvest moon, bulan purnama langka yang diprediksi baru akan terjadi lagi di tahun 2049, baru bisa disaksikan di Indonesia pada 14 September 2019.
Dilansir dari abc News, negara-negara dengan zona waktu timur seperti Indonesia, purnama harvest moon akan tampak di Sabtu (14/9/2019) malam.
Jenis bulan purnama yang langka ini mulai menghiasi langit yang bertepatan dengan tanggal seram, Jumat tanggal 13 atau Sabtu 14 September negara seperti Indonesia.
Disebut “Harvest Moon”, yang merupakan bulan purnama yang paling dekat dengan awal musim gugur, atau titik balik musim gugur, akan terlihat di AS pada hari Jumat di zona waktu Tengah, Gunung dan Pasifik, menurut Petani Almanac.
Bagi mereka yang berada di zona waktu Timur, mereka masih bisa melihat bulan tetapi itu akan terlihat setelah tengah malam pada hari Sabtu.
Terakhir kali ada zona waktu terpisah Harvest Moon adalah pada 13 Juni 2014, ketika zona waktu Timur melihatnya pada hari Sabtu tanggal 14 dan seluruh negara mengalaminya sehari sebelumnya.
Bulan purnama terakhir nasional terjadi pada tanggal 13 Oktober 2000.
Kemudian kemungkinan terjadi lagi hingga 13 Agustus 2049.
Pada hari Jumat, bulan akan bertepatan dengan apogee, yang merupakan titik di orbitnya di mana ia berada pada jarak terjauh dari Bumi, dan tampak 14 persen lebih kecil.
“Harvest Moon” mendapatkan namanya setelah memungkinkan para petani untuk memanen tanaman musim panas mereka selama sore hari berkat banyaknya sinar bulan yang datang.
Harvest Moon hanyalah sebuah julukan. Dalam beberapa hal, sebutan ini seperti nama Bulan purnama lainnya yang hadir di langit malam setiap bulan dan musim.
Namun, Bulan purnama musim gugur ini memang memiliki karakteristik khusus, terkait dengan waktu terbitnya: Bulan tampak bundar penuh ketika dekat cakrawala setelah matahari terbenam, untuk beberapa malam berturut-turut.
Rata-rata, Bulan akan muncul di langit sekitar 50 menit setelah matahari terbenam, setiap hari.
Akan tetapi, ketika Bulan purnama terjadi dekat dengan ekuinoks musim gugur, Bulan akan terbit lebih dekat dengan waktu matahari terbenam.
Harvest moon kali ini terbilang langka karena berbarengan dengan micromoon.
Micromoon, begitu nama fenomena yang terjadi saat ini.
“Micromoon itu nama trivial. Istilah resminya Bulan purnama apogean, yaitu Bulan dalam fase purnama (oposisi Bulan-Matahari atau istiqbal) yang berdekatan dengan saat Bulan menempati titik apogee (titik terjauh terhadap Bumi dalam orbit ellipsnya),” tutur astronom amatir Marufin Sudibyo kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).
Dilansir dari Kompas.com, Marufin menyebutkan, meski terlihat mulai malam ini di beberapa wilayah bumi, bulan purnama apogean pada September 2019 sebenarnya baru akan terjadi pada Sabtu, 14 September 2019.
“Pada saat itu Bulan mencapai purnama (fase 99,8 persen) dengan jarak Bumi-Bulan 406.060 km.
Posisi apogee Bulan sendiri sudah dicapai 24 jam sebelumnya yaitu sejauh 406.377 km,” tuturnya.
Semua ini terjadi, lanjut Marufin, karena Bulan beredar mengelilingi Bumi dengan orbit ellips.
Jarak rata-ratanya ke Bumi memang 384.400 km. Namun orbit ini punya perigee (titik terdekat dengan Bumi) 356.000 km dan apogee (titik terjauh dengan Bumi) 406.000 km.
Bisa dilihat tanpa alat bantu Fenomena micromoon pada malam ini bisa dilihat dengan mata telanjang, tanpa alat bantu apapun.
Karena sedikit lebih jauh, lanjut ia, maka Bulan purnama apogean juga akan sedikit lebih redup.
Dahlan