IDI Ajak Warga Sultra Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Serviks
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sebagai rangkaian pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 yang diadakan di Kendari pada tahun 2023 ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengadakan seminar awam bertajuk Deteksi Dini dan Terapi Kanker Payudara dan Kanker Serviks.
Sekretaris Jenderal PB IDI, dr. Ulul Albab, Sp.OG menuturkan, pada seminar ini pihaknya ingin mengampanyekan bahaya kanker, terutama kanker payudara dan serviks. Terlebih pembiayaan terkait kanker termasuk pada pembiayaan yang cukup besar yang dibiayai oleh negara, dimana masuk tiga besar setelah penyakit jantung dan stroke.
Ia menambahkan, kanker serviks merupakan kanker yang berbahaya, dimana setiap 60 menit perempuan Indonesia meninggal karena kanker tersebut. Hampir 50 persen ketika perempuan mengalami kanker serviks akan mengalami kematian.
“Untuk itu mau tidak mau kita harus melawan kanker karena sangat mematikan dan mempengaruhi generasi yang akan datang,” ungkapnya saat ditemui usai kegiatan seminar awam di salah satu hotel di Kendari, Selasa (21/11/2023).
Beberapa faktor penyebab kanker serviks yakni hubungan seksual pertama kali sebelum usia 20 tahun, berhubungan dengan pasangan lebih dari satu dan merokok.
“Selama masyarakat termasuk masyarakat Sulawesi Tenggara menjaga pola hidup sehat maka akan terhindar dari kanker serviks,” katanya.
Cara agar masyarakat terhindar dari kanker serviks diantaranya melakukan hubungan yang aman. Aman dalam hal ini legal atau dalam sebuah ikatan pernikahan sesuai dengan norma agama. Melakukan hubungan hanya dengan satu pasangan dan tidak merokok terutama bagi wanita. Termasuk diantaranya ialah melakukan vaksinasi kanker serviks dimulai dari anak kelas 5 atau kelas 6 Sekolah Dasar (SD).
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), dr. M Yadi Permana, Sp.B., Subsp.Onk(K) mengungkapkan, terkait masalah kanker secara keseluruhan ialah pencegahan deteksi secara dini.
Khusus kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yang benar dan tepat, dilakukan 5-7 hari setelah selesai siklus menstruasi yang dilakukan secara simultan. Kemudian kenali perubahan struktur payudara apakah ada benjolan atau tidak, termasuk perubahan kulit dan cairan yang keluar. Periksa pula benjolan di tempat lain seperti di ketiak. Selanjutnya pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) ke dokter.
“Jika kanker payudara ditemukan pada stadium satu, maka angka harapan hidup lebih dari lima tahunnya mencapai 99 persen,” tuturnya.
Ia pun menyampaikan, hindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi, mempertahankan berat badan ideal, aktivitas fisik, memakan buah dan sayur dan hindari merokok serta minuman beralkohol.
“Menyusui anak juga dapat mencegah faktor resiko kanker payudara. Tantangan untuk di Sultra ialah warners atau peringatan dari masyarakat, serta memaksimalkan peran masyarakat itu sendiri,” jelasnya.
Perlu diketahui, kanker payudara tidak hanya terjadi pada perempuan. Tetapi laki-laki pun bisa mengalami meskipun risikonya hanya sedikit. Tidak sampai 1 persen angka kejadian kanker payudara pada laki-laki.
“Namun karena laki-laki memiliki payudara yang tidak besar maka kasus yang biasa datang ke kita itu sudah stadium lanjut atau stadium 3 ke atas. Sehingga harapan hidup akan lebih kecil, faktor penyebab biasa karena faktor keturunan,” terang dr Yadi.
Ia berharap dengan adanya kegiatan seminar hari ini, bisa membawa informasi yang tepat dan benar kepada masyarakat Sultra, sehingga pencegahan kanker baik kanker payudara dan serviks akan lebih baik secara eksternal kepada masyarakat.
Bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Sultra dan pemerintah kabupaten/kota bisa memberi perhatian yang banyak pada kasus kanker terutama deteksi dini dan pencegahan. Terlebih alat mamografi di Sultra belum ada, padahal alat tersebut memberi peranan penting dalam mendeteksi dini dan screening pada kanker payudara. (bds)
Reporter: Septiana Syam
Editor: Wulan