Hilangkan Trauma, Puluhan Anak Korban Banjir Dibina
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Akibat banjir yang merendam warga sekitar kaliK Wanggu Kota Kendari, meninggalkan trauma di kalangan anak-anak.
Untuk itu, Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP Paud dan Dikmas) Sulawesi Tenggara di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan pengembangan pendidikan terhadap puluhan anak usia dini yang menjadi korban banjir di Kota Kendari.
Sejak tanggal 10 Juni, sudah didirikan posko untuk melakukan pelayanan pengembangan pendidikan anak usia dini agar anak yang menjadi korban banjir tidak merasa tarauma atas musibah yang dialaminya.
[artikel number=3 tag=”konut,banjir”]
Rasyid, Tim Taruna Siaga Bencana Sekaligus sekaligus tim konseling Paud mengatakan, dalam memberikan pengembangan pendidikan anak usia dini yang menjadi korban, anak-anak tersebut diberikan layanan permainan.
“Kami adakan kegiatan menggambar, lomba mewarnai, kegiatan ini akan dilakukan secara bertahap, selain itu BP Paud memberikan mereka bantuan pakaian dan selimut layak pakai,” ujarnya Rabu (12/6/2019).
”Hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa trauma kepada anak usia dini pasca bencana,” jelasnya.
Sebelumnya Tim BP Paud dan Dikmas sekitar enam bulan lalu telah diberikan pelatihan untuk menangani korban banjir pasca bencana, sehingga saat ini mereka diturunkan di beberapa titik bencana yang terjadi di Sultra.
Untuk diketahui, menurut American Psychological Association dikutip dari Kompasiana, ada beberapa reaksi dan respon yang umumnya dialami saat menghadapi bencana seperti perasaan cemas, gugup, lebih sensitif dari pada biasanya.
Kemudian, terjadinya perubahan pada pola pikir dan perilaku. Biasanya, korban mengingat kembali peristiwa yang telah terjadi meskipun ia tidak menginginkannya (re-experiencing). Hal ini mempengaruhi kondisi fisik (hyper arousal) seperti berkeringat dingin, meningkatnya detak jantung, sulit berkonsentrasi sehingga pola tidur dan makan pun menjadi terganggu.
Sensitif terhadap lingkungan sekitar suara ribut getaran atau stimulus lainnya yang memicu ingatan akan bencana menimbulkan kecemasan serta rasa takut akan terulangnya bencana.
Munculnya gejala fisik yang berkaitan dengan stres (psikosomatis) seperti sakit kepala, sakit dada, insomnia dan lainnya.
Reporter: Musdar
Editor: Rani