KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat sebanyak 9 warga Sultra meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) pada awal 2024.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Sultra, dr Muhammad Ridwan mengatakan 9 kasus kematian tersebut berdasarkan data terakhir per 19 Februari 2024.
Ia mengatakan, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait gejala dan penanganan DBD, terlebih keterlambatan pasien untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
“Sembilan kasus tersebut di antaranya 5 kasus di Kendari, 3 kasus di Konawe Selatan, dan 1 kasus di Konawe. Rata-rata anak-anak di bawah 11 tahun,” ungkapnya via WhatsApp, Senin (19/2/2024).
Lanjutnya, kasus kematian tersebut rata-rata akibat keterlambatan pasien dibawa ke rumah sakit yang mengakibatkan renjatan. Renjatan tersebut kemudian menyebabkan syok anafilaktik atau reaksi alergi yang tergolong berat.
Kurangnya pemahaman masyarakat karena faktor ketidaktahuan, bahkan ada yang pergi ke dukun, nanti syok baru datang ke rumah sakit.
“Ini karena faktor ketidaktahuan, terlebih kalau sudah sampai grade 4 sudah tidak ada lagi yang bisa dibikin. Ujungnya-ujungnya rumah sakit lagi yang jadi masalah,” terangnya.
Sebagai informasi, dalam kasus DBD terdapat 4 tingkatan atau grade penyakit yakni DBD grade 1 penderita akan mengalami demam disertai gejala lainnya seperti sakit kepala, nyeri di belakang bola mata hingga pegal-pegal.
Kemudian pada DBD grade 2, gejala demam disertai perdarahan spontan seperti bintik-bintik merah di kulit, mimisan perdarahan gusi, muntah darah atau berak hitam.
Pada DBD grade 3, gejala demam disertai kegagalan sirkulasi seperti kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Terakhir DBD grade 4 yakni renjatan atau syok berat dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan