KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Penumpang kapal Ekspres Bahari 5E asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) bernama La Tiri dinyatakan meninggal usai dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Santa Anna Kendari, Selasa (4/7/2023).
Kapolresta Kendari Kombes Pol M. Eka Faturrahman menjelaskan, korban bersama istri dan iparnya berangkat dari Raha, Kabupaten Muna menuju Kota Kendari menumpangi kapal Ekspres Bahari 5E.
Tujuan korban ke Kendari untuk melakukan check up atau kontrol kesehatan yang rutin dilakukan korban. Sekitar pukul 13.00 Wita, korban mengalami gangguan kesehatan.
Kapal Ekspres Bahari 5E tiba di Pelabuhan Nusantara Kendari pada pukul 14.00. Pasien yang sudah dalam kondisi lemah langsung dilarikan ke RS Santa Anna Kendari.
“Korban dinyatakan meninggal dunia di RS Sakit Santa Anna. Pihak RS Santa Anna hanya melakukan visum mayat,” kata dia.
Menurut dia, pihaknya belum dapat memastikan apakah kematian korban atas dugaan sesak napas lantaran penumpang over kapasitas atau memang karena penyakit bawaannya (lever) yang sudah diidap selama enam bulan terakhir.
Setahu pihaknya, korban saat ditangani dokter piket RS Santa Anna Kendari hanya diberikan tindakan awal untuk menolong nyawa korban. Namun tindakan lanjutnya tidak lagi dilakukan karena korban telah dinyatakan meninggal dunia.
“Pihak keluarga hanya diberikan surat kematian dan korban sudah dibawa oleh pihak keluarga kembali ke Raha melalui penyebarangan Torobulu,” jelasnya.
Untuk kasus kepadatan penumpang, kepolisian masih akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
“Kaitannya dengan jumlah penumpang dan kematian korban, kami masih melakukan lidik pendalaman,” tegas dia.
Sementara itu, Fadli salah satu penumpang kapal Ekspres Bahari 5E mengatakan, kondisi di dalam kapal memang sudah padat dipenuhi penumpang.
Dia menyebut, banyak penumpang yang tidak mendapat kursi akibat melebihi jumlah kapasitas penumpang. Mereka yang tidak mendapat kursi terpaksa harus duduk di lantai dan berdiri.
“Yang terdaftar tidak dapat kursi, saya bahkan duduk di lantai depan pintu karena kepanasan dan kekurangan oksigen, hampir sesak napas,” tuturnya.
Dia menambahkan, kapal sudah penuh dari Baubau, ditambah penumpang dari Raha kurang lebih 300 orang. Ada yang memiliki tiket dan yang tidak punya tiket.
“Saya tadi hampir baku pukul dengan ABK, karena mo kasih masuk terus penumpang, sementara di dalam tidak bisa bergerak, ibu-ibu sudah mengeluh mi kepanasan, anak-anak kecil menangis terus,” pungkasnya. (bds)
Reporter: Sunarto
Editor: Biyan