Headline

Kumandang Azan dan Lantunan Alquran Luluhkan Sang Penjahat

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Peci hitam masih melekat di kepalanya, sajadah baru saja digantung didinding selnya usai melakukan sholat Asar. Didinding itu juga menempel tuntunan shalat yang dipakainya belajar setelah meneguhkan hati memeluk agama Islam.

Setelah yakin dengan pilihannya, Ahmad patian juga menjadikan dinding sebagai media untuk menulis sebuah pesan, jika Allah maha pengampun asal manusia mau bertobat.

“Saudara yang berada di tempat ini jangan berkecil hati apalagi sampai berputus asa, seberapa besar masalahnya kita, percayalah Allah SWT Maha Pengampun, akan mengampuni dosa kita asalkan mau bertobat dan mau kembali kejalan Allah Swt” Ahmad Pattian.

Ahmad Patian itulah nama yang diberikan pada Adrianus setelah memeluk Agama Islam belum lama ini. Sosok ini sempat menghebohkan warga Kota Kendari, karena kelakuannya menculik dan melakukan pelecehan seksual pada 5 anak, kini sudah berubah 360 derajat.

Kumandang Adzan dan lantunan ayat suci Alquran yang setiap hari didengarkannya, saat mendekam di sel tahanan Polda Sultra meluluhkan hati dan sifat buas sang penjahat.

“Tak henti-hentinya saya menangis saat mendengarkan suara adzan begitu juga suara orang sedang mengaji, dan saat itu juga tiba-tiba hatiku merasa tenang,” ungkapnya.

[artikel number=3 tag=”Adrianus,muallaf”]

Sifat jahat dan bengis terhadap 5 korbannya, berubah menjadi tumpukan penyesalan dan rasa berdosa yang terus menghantuinya.

“Awalnya saya merasa sangat bersalah dan terpuruk dan tanpa pegangan atas kesalahan yang telah saya lakukan, dan tak henti-hentinya saya hingga saat ini memohon maaf yang sebesar-besarnya pada korban dan keluarga korban,” tuturnya sambil menundukkan wajah, ketika jurnalis detiksultra.com mendapat izin kepala Rutan Kendari berbicara khusus di sel Adrianus Jumat (9/8/2019).

Rasa bersalah kepada keluarga korban dan mantan kesatuannya di TNI AD terus berkecamuk dalam dirinya. Dia semakin goyah, namun dia hanya bisa pasrah, karena tak tau mau berbuat apa. Ditambah lagi tidak ada yang mau membimbing.

Hatinya semakin goyah, namun dia hanya bisa pasrah tak bisa berbuat banyak, sebab masih dalam pengawalan ekstra ketat dari aparat.

“Pada saat niatan saya sudah bulat sekali untuk memeluk agama Islam, saya masih kosong tidak ada yang bisa mediasi saya untuk belajar Al-qur’an atau memperdalam Aqidah, karena kondisinya pada saat itu saya sangat di jaga ketat,” ungkapnya lagi.

Sampai akhirnya, ia pun dipertemukan dengan 2 ustadz selama mendekam di Polda Sultra untuk membimbingnya memeluk agama Islam.

Pada kondisi dirinya yang tanpa pegangan saat itu, ia mengaku sangat bersyukur masih diberikan jalan dan kesempatan untuk memperbaiki dirinya saat ini.

Berawal dari nama Ahmad Pattian yang telah ia dapatkan melalui bimbingan 2 ustadz dilingkungan Polda tersebut, ia pun diberikan wejangan singkat dan motivasi untuk memperdalam dan memperbaiki diri hingga akhirnya digiring ke Rutan Kelas IIA Kendari.

“Pasca dipindahkan ke Rutan Kelas IIA saya mencoba berbaur dengan tahanan yang lain dan alhamdulillah semuanya baik, akan tetapi tidak terlalu sering, karena kondisinya saya sekarang sedang dalam penempatan sel super maksimum,” jelasnya.

Berada di sel dengan pengawasan ekstra, membuat Ahmad Patian tak bebas berbaur dengan tahanan lainnya. Dia hanya bisa berbaur saat pembinaan kerohanian, dimomen tersebutlah dimanfaatkannya untuk memperlancar bacaan sholat dan belajar mengaji.

Ia pun mengakui bahwa untuk saat ini aktifitas kesehariannya hanya belajar mengaji dan sholat ketika berada di masjid, kemudian berolahraga ketika sedang berada di kamar tahanan.

Selama berada di Rutan ia mengaku merasa sangat bersyukur atas bantuan Kepala Rutan Kelas IIA, Kesatuan Pengawasan Rutan(KPR) dan para tahanan yang telah membantunya memperdalam fiqih.

“Untuk saat ini berkat bantuan petugas dan para tahanan saya Alhamdulillah saya sudah sampai Iqro 3 dan untuk bacaan sholat sudah sampai pada tahiyat akhir,” jelasnya lagi.

Tak hanya meminta maaf pada keluarga korban dan mantan kesatuannya, Ahmad Patian juga pernah bercerita sangat inigin meminta maaf kepada kedua orang tuanya di Maluku Tenggara yang sehari-harinya bekerja sebagai petani.

Reporter : Gery
Editor : Sumarlin

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button