Hendak Hidup Bersama, Pasangan Kekasih Asal Kendari Ini Ditemukan Tewas Bersama
Laporan: Fadli Aksar, Jurnalis Detiksultra.com
dari Palu, Sulawesi Tengah
PALU, DETIKSULTRA.COM – Belum sempat hidup bersama tapi sudah meninggal bersama. Itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan kisah pilu pasangan sejoli, warga Kota Kendari, yang tewas mengenaskan akibat gempa bumi di Kota Palu. Mereka adalah Muhammad Izwar Maming dan Maria Fransiska.
Keduanya dikabarkan akan melangsungkan hari bahagianya menjadi raja dan ratu sehari pada bulan Oktober ini. Namun tragedi gempa bumi berkekuatan 7.4 skala richter pada Jumat (28/9/2018) lalu membuat rencana keduanya sirna.
Hal itu dibenarkan oleh adik Maria, Rika Andriani, saat dihubungi melaui sambungan telpon oleh Detiksultra.com, Jumat (5/10/2018 ).
“Mereka berdua itu sudah lama pacaran dan sudah mau menikah. Rencananya bulan ini, satu minggu lagi,” ungkap wanita berusia 22 tahun tersebut.
Kartu indentitas atas nama Muhammad Izwar Maming. Foto: Istimewa
Nahas, keduanya ditemukan sudah terbujur kaku dan mengeluarkan bau tak sedap. Diduga akibat tertimpa reruntuhan bangunan hotel Roaroa, Kamis (4/10/2018) lalu, atau hari keenam pasca gempa dan tsunami yang memporak-porandakan ibu kota Sulawesi​ Tengah,, dalam sebuah operasi evakuasi tim SAR gabungan.
Kartu Identitas atas nama Maria Fransiska. Foto: Istimewa.
Muhammad Izwar Maming diketahui pergi ke Kota Palu untuk mengikuti ajang Marathon Palu Nomoni. Izwar yang juga pelari ini diduga mengajak kekasihnya, Maria Fransiska.
“Kami keluarga tidak tau kalau kak Maria ke Palu. Nanti hari ketiga setelah gempa baru dapat kabar, tapi itu masih kami cari tau ke pihak Bank Danamon Toli-Toli, dia kemana, masuk kerja hari apa, kerja terakhir hari apa, itu masih kita cari tahu,” jelas wanita yang kerap disapa Titin ini.
BACA BERITA TERKAIT: Pamit Ikut Lari Maraton, Pegawai Bappeda Kendari Tewas di Palu
Setelah mendapat informasi pada Kamis sore (4/9/2018) sekitar pukul 17.00 Wita, lanjut Titin, pihak keluarganya yakni kakak pertama, Septi bersama seseoarang dari keluarga Muhammad Izwar, langsung terbang ke Palu untuk menjemput kedua jenazah di Rumah Sakit Udayana. Namun ketika tiba jenazahnya sudah dikuburkan secara massal.
“Keluarga saya terlambat, mereka tiba sekitar pukul 06.30 Wita, di rumah sakit Udayana. Katanya sudah tidak ada, sudah dikuburkan secara massal. Karena pada saat evakuasi tidak ada keluarga yang stand by di depan hotel untuk mengambil jenazah,” beber Titin yang bekerja di Lippo Plaza Kendari ini.
BACA BERITA TERKAIT: Sepasang Warga Kendari Tewas di Hotel Roaroa Akibat Gempa di Palu
Titin mengatakan, pihak keluarganya juga sempat meminta agar kuburan keduanya dibongkar kembali. Namun ditolak oleh petugas. Akhirnya keluarga korban pulang dengan tangan hampa. Keluarga di Kendari hanya bisa pasrah. Padahal sanak saudara sudah menunggu kedatangan jenazah Maria.
“Kakak saya langsung pulang ke Kendari. Tenda sudah didirikan, keluarga dan tetangga sudah berkumpul di rumah untuk melayat. Tapi kita tetap akan menggelar tahlilan, mendoakan almarhumah agar tenang disana,” tutur Titin dengan nada haru.
Duka mendalam tak bisa disembunyikan keluarga ini. Menurut Titin, orang yang sangat terpukul adalah ibunya. Sebelumnya suaminya meninggal pada April lalu. Kemudian dihadapkan lagi dengan kenyataan anak keduanya juga ikut tewas dengan cara yang mengenaskan di kampung orang.
Untuk diketahui, percepatan penguburan massal di Palu sesuai dengan instruksi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Pohukam) RI, Wiranto, saat menggelar rapat di Makorem 132/Tadulako Kota Palu, Kamis (4/10/2018).
“Saya instruksikan mulai hari ini, jangan ada lagi mayat yang membusuk tanpa ada penanganan. Tidak boleh ada lagi mayat yang menggeletak di luar, setelah diidentifikasi harus segera dikubur. Karena sudah memasuki hari keenam, supaya tidak menimbulkan penyakit,” ujar Wiranto.
Editor: Ann