Opini

Sosok Inspiratif: Pemuda Kumpul Gaji Bangun Taman Baca Bagi Suku Bajo

Dengarkan

KOLAKA, DETIKSULTRA.COM – “Saya bukan orang kaya, tapi niatku besar untuk mencerdaskan anak-anak dikampungku. Saya buka taman baca ini pakai gajiku yang saya kumpul selama 3 bulan, karena saat itu tidak ada donatur,” ungkap Jeck Akbar, Selasa(14/7).

Itulah pernyataan motivasi seorang Jeck Akbar, putra daerah berdarah Bajo yang dengan segala keterbatasan rupanya tak menyurutkan niat mulianya untuk mencerdaskan anak-anak di kampungnya agar bebas dari keterbelakangan pendidikan.

Pemuda yang akrab dengan sapaan Jeck ini, merintis rumah baca dengan menggunakan uang pribadi dari upah bekerjanya di PT Ceria Nugraha Indotama.

Hal itu semata-mata dilakukan untuk memutus stigma di masyarakat, bahwa anak Bajo pasti akan selalu menjadi seorang pelaut mengikuti jejak moyangnya.

“Apa yang susah payah saya peroleh semasa menempuh pendidikan akan saya amalkan untuk anak-anak lainnya. Semua sudah saya lalui, baik ketika ibu saya selaku orang tua tunggal bekerja mencari hasil laut untuk menghidupi keempat anaknya, hingga susah payah saya untuk melanjutkan pendidikan sarjana,” ungkapnya.

Karena itu, dengan niatan kuat, ia tidak ingin anak-anak lain di Dusun III Labuan Bajo, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, tempatnya tumbuh besar ikut merasakan keinginan belajar namun terkendala biaya dan fasilitas.

Ia berharap setidaknya apa yang ia dapatkan dari gelar sarjananya sebagai salah satu mahasiswa lulusan terbaik, dapat ia bagikan pula kepada anak-anak di kampungnya.

“Tak apalah, setidaknya itu bisa menjadi bekal mereka untuk terlepas dari yang namanya kebodohan,” tambahnya.

Sudah lama dirinya berniat membangun rumah baca, hingga diskusi dengan teman kampus, masyarakat desa dan keluarga sudah ia lakukan. Akan tetapi lagi-lagi perjuangannya itu terbentur perihal dana.

BACA JUGA :

Semua semakin dipersulit mengingat saat itu ia masih berstatus pengangguran.

Keinginan itu nyaris sirna, namun jalan terang nampak, berawal dari diterimanya bekerja dengan pekerjaan tetap.

Hasil gaji yang ia kumpulkan selama tiga bulan pun menjadi modal awal baginya untuk membangun taman baca.

Sempat bimbang kala itu, perihal kebutuhan hidup yang menjadi tanggung jawabnya di keluarga serta impian yang selama ini ia cita-citakan untuk orang banyak, membuat dirinya harus bertanya kepada sang ibu.

“Awalnya ada uang Rp2 juta terus saya bangunkan mamaku. Mak ini ada uang saya mau bangun taman baca, terus beliau bilang gunakan saja seperti yang dulu kamu inginkan nak yang penting niatnya untuk orang banyak,” jelasnya.

Langkahnya pun kian mantap. Dengan bermodalkan uang Rp5 juta yang terkumpul selama tiga bulan, ia pun menyewa tanah berukuran 4×3 di depan rumahnya untuk membangun taman baca.

Atribut belajar lainnya masih ia kumpulkan secara sukarela dari orang-orang. Tiap harinya ia harus mendatangi seluruh sekolah-sekolah di Kabupaten Kolaka untuk mensosialisasikan dan meminta donasi buku-buku bekas.

Tentunya ada rasa lelah, letih, dan capek dibawah sinar matahari. Akan tetapi kembali lagi semuanya ia lakukan dengan sukarela.

Hingga memasuki setahun, Taman Baca Masyarakat Ceria Bangsaku yang digagasnya berhasil menarik minat anak-anak. Bahkan anak-anak dari Desa yang berseberangan pun ikut ditariknya untuk menambah ilmu.

Tiap harinya, berbagai macam kegiatan baik baca tulis, mengaji, dan kursus Bahasa Inggris ia terapkan untuk seluruh anak-anak yang ingin belajar dan menimba ilmu.

Namun disisi lain kendala-kendala pun masih tetap ada, akan tetapi tak menyurutkan semangatnya untuk terus melanjutkan perjuangannya itu.

“Saya harap kedepannya saya bisa membuka cabang juga didaerah-daerah lain. Karena anak-anak adalah masa depan bangsa kita, kendala saat ini tentunya masih terkait masalah biaya untuk sewa lahan tempat dan koleksi buku-buku yang belum bervariatif,” ujarnya.

Ungkapnya bahwa terkait membayar sewa lahan ia masih berusaha mengumpulkan uang pribadinya untuk melunasi tarif lahan yang ia sewa untuk setahun tersebut.

Ia berharap akan ada masyarakat lain yang juga turut membantu atau berbuat hal-hal serupa untuk mencerdaskan para generasi penerus, tanpa adanya rasa pamrih.

Reporter: Gery
Editor: Via

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button