Metro Kendari

Dikmudora Kendari Sebut Ada Miskonsepsi Penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Rupanya terjadi kesalahpahaman atau miskonsepsi penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di sekolah. Hal ini coba diluruskan oleh Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dikmudora) Kendari.

Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Pendidikan Dasar Dikmudora Kendari Darwis mengatakan, IKM yang dilaksanakan di sekolah rupanya terjadi miskonsepsi atau pemahaman yang berbeda. Di mana, daerah mewajibkan pelaksanaan IKM dan membuat Surat Keputusan (SK).

“Ternyata berdasarkan klasifikasi, IKM itu merupakan pilihan secara mandiri satuan pendidikan dengan cara mendaftar,” jelas Darwis, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (19/4/2023).

Tidak itu saja, diketahui IKM merupakan bentuk digitalisasi pendidikan, ternyata IKM sesuai yang dibahas bersama Tim Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) adalah salah satu upaya pemulihan pembelajaran pascapandemi.

Miskonsepsi yang lain yakni penghentian semua bantuan untuk daerah yang tidak bisa menaikkan angka implementasi PPM dan IKM. Ternyata penerapan IKM atau penggunaan PPM merupakan pilihan tidak berdampak pada bantuan untuk daerah.

“Pelatihan IKM juga diberikan dalam bentuk pelatihan mandiri yang bertujuan agar semua guru di manapun bisa mendapat kualitas pelatihan yang sama,” tutur Darwis.

Terkait buku cetak, Kemendikbudristek memberikan dukungan buku teks Kurikulum Merdeka. Buku teks bisa diperoleh secara digital di PPM atau dipesan melalui SIPLAH dan e-Katalog.

Sementara narasumber berbagi praktik baik adalah guru atau kepala sekolah pada program sekolah penggerak atau sekolah menengah kejuruan, pusat keunggulan atau sekolah lainnya yang sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka atau prinsip-prinsip kurikulum dan memiliki praktik baik dalam menerapkannya, telah terkurasi serta mendapat pembekalan dari Ditjen GTK.

Pihaknya pun telah menyamakan persepsi terkait penerapan P5 dalam hal ini potensi diri, pemberdayaan diri peningkatan diri, pemahaman diri dan peran sosial. Bahwa selama ini pemahaman P5 tema ditentukan oleh sekolah dan guru.

“Ternyata yang benar ialah melibatkan peserta didik karena siswa ini kan subjeknya, sementara selama ini mereka masih diperlakukan sebagai objek,” katanya.

P5 pun lebih ditekankan kepada proses bukan hasil. Artinya, meskipun hasil siswa kurang bagus tetapi mengikuti proses dengan baik dan memahami substansi itulah yang diutamakan. Namun lebih baik lagi jika proses bagus, hasilnya pun bagus.

“Setelah melakukan pertemuan terbatas dengan Tim BPMP, ke depan saya berencana akan melakukan pertemuan secara luas melibatkan seluruh stakeholder baik pihak sekolah dan yang terlibat dalam IKM ini sehingga bisa menyamakan persepsi,” pungkasnya. (bds)

 

Reporter: Septiana Syam
Editor: Biyan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button