Hukum

Kasus Positif Corona di Sultra Naik, ini Saran Hugua

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Jumlah kasus orang positif terpapar Virus Corona (Covid-19) di Indonesia terus meningkat, tak terkecuali di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Di Sultra, berdasarkan data terbaru orang yang positif Covid-19 sudah mencapai 16 orang, sejak tanggal 19 Maret 2020 lalu pasca Juru Bicara Penanganan Covid-19 di Indonesia mengumumkan, ada tiga kasus positif Covid-19 pertama di Sultra.

Melihat statistik meningkatnya jumlah orang terpapar positif Covid-19, khususnya di bumi anoa, anggota Komisi II DPR RI Dapil Sultra, Ir Hugua meminta Pemerintah Daerah (Pemda) supaya segera melakukan tindakan mandiri dalam mencegah wabah Covid-19 ini.

Menurut Hugua, dalam konteks otonomi daerah, Pemda harus mengambil alih komando secara cepat, tegas dan mandiri, juga segera menyusun strategi dan langkah mitigasi bencana Covid-19 yang terstruktur, masif serta terukur, melalui alokasi APBD Perubahan masing-masing sesuai Permendagri Nomor 20 Tahun 2020.

“Hal ini mendesak untuk menghindari pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah lain, seperti DKI Jakarta saat ini,” kata Hugua, Sabtu (11/4/2020).

Lebih efektif lagi, dalam mencegah dan menangani Covid-19 supaya tidak berlarut penyebarannya, mantan Ketua DPD PDIP Sultra ini menyarankan agar melakukan pola pendekatan yang tepat, yakni kembali menghidupkan Sistim Keamanan Lingkungan (Siskamling) pada tingkat RT ataupun desa/kelurahan di Seluruh Indonesia, tak terkecuali di Sultra.

Dijelaskannya, penerapan kembali pola Siskamling ini diupayakan dapat membantu pemerintah dalam penanganan dan pencegahan Covid-19. Karena didalamnya, ada sistim gotong royong yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. Hal ini juga terbukti mampu menekan angka kriminal secara signifikan.

“Sebenarnya ini sudah berjalan pada tingkat desa dan lingkungan RT saat gerakan pembatasan jalan dikawasan pemukiman sejak Covid-19 ini merebak, namun belum ada sistem dan mekanisme dibangun secara terstruktur, hanya kerjanya saja,” ungkapnya.

“Mestinya ketua RT sebagai koordinator Covid-19 di lingkungan RT masing-masing membuat sistim antara lain, jadwal jaga bergilir secara merata kesemua warga , menyusun sistim dan mekanisme kerja dan memobilisasi sumber daya lokal untuk memenuhi kebutuhan sistim tersebut,” sambungnya.

Jika hal ini diterapkan secara menyeluruh, Hugua dapat memastikan semua orang yang terinfeksi Covid -19 yang tercatat, tertangani dan terlaporkan ke pusat rujukan, akan lebih mudah pasien terpantau perkembanganya dan juga eskalasi penyebaran virusnya ke keluarga atau tetangganya dapat dicegah secara dini.

Kemudian hal ini juga dapat berlaku pada pendatang baru masuk kekawasan lingkungan RT maupun desa. Petugas yang menjaga dapat memeriksa suhu tubuh, mengantar kepusat rujukan jika mencurigakan untuk selanjutnya mendapatkan tindakan medis.

“Petugas jaga juga dapat memantau secara ketat proses isolasi mandiri selama 14 hari warga pendatang baru tersebut dan dipastikan yang bersangkutan terpenuhi kebutuhan dasarnya selama isolasi mandiri sehingga tidak kemana mana menyebarkan Virus Corona ke tetangga,” terangnya.

“Siskamling juga bisa dijadikan wadah yang tepat untuk menyalurkan bantuan sosial dan APD bahkan sebagai tempat pelaksanaan rapid test baik bersumber dari pemerintah maupun swasta karena data yang dimiliki sangat akurat,” imbuhnya.

Mantan Bupati Wakatobi dua periode ini berharap Gubernur Sultra Ali Mazi segera membuat surat edaran kepada semua bupati dan walikota di Sultra, untuk mengaktifkan kembali Siskamling di dearahnya masing-masing guna menghindari Sultra sebagai daerah penerapan PSBB baru nantinya.

“Jika pola siskamling (Buttom up) ini berfungsi dengan baik dan bersinergi dengan program top down dari pemerintah pusat maka pasti akan mampu menekan jumlah korban dan laju penyebaran Covid -19 secara signifikan di Sultra,” harapnya.

Hugua pun kembali mengingatkan bahwa berdasarkaan simulasi dari berbagai lembaga, baik yang dilakukan oleh BIN, ITB dan UI maka disimpulkan, puncak sebaran Covid -19 di Indonesia mulai pada pertengahan April hingga Juni 2020 .

Hal ini relevan dengan Kurva JP Morgan Insurance yang mencatat bahwa laju penyebaran Covid-19 di Indonesia masih berada pada posisi ke tiga setelah Filipina dan Brazil yang masih barada di dasar kurva dan segera akan meningkat tajam mencapai puncak kurva dalam waktu dekat.

“Kita berharap untuk dapat segera melewati masa-masa sulit ini dan Indonesia mengikuti jejak Cina dan Korea Selatan yang telah melewati puncak kurva dan aktifitas bisnis dan sosial mulai berangsur pulih,” pungkasnya.

Reporter: Sunarto
Editor: Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button