KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Politik sedarah atau dinasti politik sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang ada di Indonesia sama sekali tidak dilarang. Semua orang berhak untuk mencalonkan dirinya sebagai kepala daerah, meskipun sedarah.
Saat ini di Sulawesi Tenggara (Sultra) akan diselenggarakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sultra, dimana salah satu Bakal Calon (Balon) gubernurnya yakni Asrun tengah ramai dibahas. Pasalnya, Asrun merupakan mantan Wali Kota Kendari dua periode. Setelah kepemimpinannya usai, ia kemudian digantikan oleh putra bungsunya, Adriatma Dwi Putra (ADP) sebagai Wali Kota terpilih, yang berhasil memenangkan pesta demokrasi. ADP k mengalahkan dua pasangan yang juga ikut meriahkan Pilkada Kota Kendari saat itu.
Beberapa perbedaan pendapat lantas muncul memperdebatkan tentang dinasti politik yang dinilai hanya akan berputar pada satu keluarga besar, sehingga terkesan di Sultra atau pun di Kota Kendari tidak menampilkan figur lain.
Anggota DPR RI Periode 2014-2019 Dapil Sultra, Ridwan Bae menuturkan, bahwa dinasti politik itu memiliki makna yang berbeda, dimana setiap orang memiliki pandangan yang tidak sama, karena sebuah dinasti itu akan ditunjuk atau diangkat langsung. Tentu saja berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini, khususnya di Sultra.
“Tidak tepat kalau gunakan kata dinasti, karena dinasti itu diangkat langsung tanpa melalui proses pemilihan, nah kalau yang terjadi di Kota Kendari dan Sultra secara kebetulan wali kota dan balonnya memiliki hubungan saudara, tetapi tidak diangkat langsung melainkan melalui proses pemilihan yang kita sebut sebagai demokrasi,” tuturnya kepada Detiksultra.com.
Politisi asal Partai Golkar ini mengatakan, bahwa ketika sudah melalui proses pemilihan, tidak perlu dipermasalahkan lagi, karena yang terpilih itulah merupakan sosok yang dirindukan rakyat. Lagi pula, kata Ridwan, dalam proses pemilihan sudah menampilkan beberapa calon, ketika secara kebetulan yang terpilih memiliki kedekatan apalagi hubungan darah, itu menunjukkan bahwa orang bersangkutan memang memiliki kualitas untuk memimpin.
“Intinya kembalikan semua ke tangan rakyat, jika rakyat tidak menghendaki, meskipun tidak memiliki hubungan darah pasti calon bersangkutan tidak akan terpilih,” katanya.
Pernyataan berbeda diungkapkan mantan anggota DPR RI periode 2009-2014, Wa Ode Nurhayati (WON). Menurutnya, sebuah wilayah tidak harus dipimpin dengan orang yang memiliki kedekatan khusus atau hubungan darah. Karena, jika hal tersebut terus dibiarkan, maka tidak ada regenerasi. Selain itu, jika terus dibiarkan maka tidak akan memberikan kesempatan kepada figur lain, rakyat terkesan dikandang paksa untuk terus memilih calon itu-itu saja.
“Saya kurang setuju dengan dinasti politik, seharusnya diberikan kesempatan lain kepada figur lain. Jangan sampai yang memimpin hanya berputar pada satu keluarga saja,” ujarnya.
“Resah hidup dalam lingkaran dinasti politik, dimana kualitas tidak lagi jadi ukuran, rakyat dihadapkan dengan keterpaksaan harus memilih karena kekuasaan,” sambungnya.
Pengamat Politik Universitas Halu Oleo, Najib Husein menjelaskan bahwa negara kita telah mengatur segalanya dalam Undang-undang. Terkait dinasti politik juga sangat jelas tidak dilarang karena semuanya telah melalui proses. Proses yang dimaksud oleh Najib yakni adanya tahapan pemilihan, semua warga negara telah diberikan kesempatan untuk bisa tampil mencalonkan diri dan dipilih oleh rakyat.
“Sebenarnya dinasti politik atau politik sedarah itu sah-sah saja, tidak ada larangannya karena jelas ada aturan jika politik sedarah tidak dipermasalahkan,” ujarnya.
Namun, yang perlu digarisbawahi yakni rakyat juga harus pandai dalam memilih pemimpin. Begitu pula calon-calon yang tampil jangan sampai hanya mengandalkan kekuasaan yang dimiliki oleh orang tua atas keberhasilannya dalam memimpin di masa sebelumnya.
“Selama pemimpin itu berkualitas, kenapa tidak. Tapi, jangan juga hanya maju karena mendompleng nama orang tua. Harus bisa membuktikan sesuai dengan visi dan misi yang telah dijanjikan kepada rakyat,” pungkasnya.
Reporter: Ilmi
Editor: Ann