KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Bakal Calon (Balon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Asrun-Hugua, saat ini menjadi sorotan bagi masyarakat di Sultra. Pasalnya, pasangan ini merupakan pasangan kuat, dengan menguasai tujuh Partai Politik (Parpol) yang akan memberikan dukungan dalam Pilkada Sultra. Pasangan Asrun-Hugua mampu meyakinkan parpol bahwa pasangan ini merupakan figur yang dapat membangun Sultra selama lima tahun ke depan, sehingga partai tidak ragu untuk memberikan dukungan.
Langkah yang ditempuh oleh pasangan ini ternyata menarik perhatian bagi kalangan pengamat maupun politisi. Pengamat Politik Universitas Halu Oleo (UHO) Najib Husein mengatakan, bahwa apa yang dilakukan Asrun-Hugua saat ini sudah bisa dibacanya sejak beberapa bulan yang lalu.
“Sejak awal saya sudah mengatakan berdasarkan pengamatan saya bahwa dalam Pilkada Sultra akan ada figur yang memborong atau menguasai partai, sehingga hal tersebut harusnya menjadi perhatian bagi figur lain untuk segera membangun komunikasi politik,” katanya pada Jumat (29/12/2017).
Ketika ia mengeluarkan pernyataan tersebut, Najib Husein mengaku sempat dibully melalui sosial media, bahkan sebagian mengatakan bahwa Najib memihak pada salah satu Balon. Padahal, apa yang dikatakannya tersebut berdasarkan pengamatannya di lapangan.
“Kenapa saya katakan jika ada salah satu calon yang akan memborong partai? karena itu adalah strategi untuk bisa memenangkan sebuah kontes, karena dengan memborong partai maka kesempatan untuk Balon lain semakin kecil, sehingga dengan figur yang lebih sedikit itu akan memungkinkan kemenangan bagi Balon tersebut,” jelasnya.
Namun diakuinya pula bahwa dengan adanya salah satu Balon yang bisa menguasai tujuh partai sekaligus, membuktikan bahwa hanya Balon itu yang mampu meyakinkan partai bahwa dia yang bisa membangun Sultra. Tapi, sisi lainnya figur yang tampil menjadi sedikit sehingga pilihan masyarakat untuk menentukan pemimpin Sultra lima tahun mendatang menjadi lebih kecil pula.
Hal ini berbeda dengan pendapat Ketua DPD I Partai Golkar Sultra Ridwan Bae, yang justru memaknai jika kata “borong” yang digunakan mengandung konotasi yang kurang tepat. Pasalnya, kata borong biasa digunakan dalam jual beli, sedangkan dalam dunia politik lebih tepat jika partai yang telah memberikan kepercayaan kepada balon bersangkutan, sehingga bisa menguasai dukungan parpol.
“Kata borong itu tidak tepat, yang tepat itu adalah semua partai lebih memilih dia (Asrun-Hugua) ketimbang Balon lain. Artinya calon ini oleh kebanyakan partai dianggap yang paling bisa membangun Sultra sehingga mayoritas partai ke calon tersebut,” jelasnya.
Ridwan yang saat ini juga duduk sebagai anggota DPR RI Dapil Sultra menilai, jika langkah yang ditempuh oleh Asrun-Hugua dengan menguasai sebagian besar parpol untuk tampil di Pilgub merupakan strategi untuk bisa memenangkan Pilgub. Meskipun hingga saat ini Partai Golkar juga belum memberikan keputusan akhir atas arah dukungannya kepada pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas.
Dengan demikian, meski Pilgub sudah di depan mata, namun Balon yang bersinar hingga saat ini hanya Asrun-Hugua, karena telah memiliki pintu partai yang merupakan syarat untuk tampil dalam pesta demokrasi.
Pernyataan berbeda juga dilontarkan oleh mantan anggota DPR RI, Wa Ode Nurhayati (WON) terkait Balon yang menguasai dukungan Parpol dalam Pilkada Sultra. Dimana diketahui, sebelumnya WON yang berpasangan dengan Andre memiliki niatan untuk meramaikan Pilgub Sultra melalui kalur independen. Sayangnya, niatan tersebut harus kandas di tengah jalan, saat KPU Sultra melakukan verivikasi atas dukungan yang dibawa WON-Andre.
Menurut WON, kata borong memiliki konotasi buruk, sehingga jika ada salah satu Balon dalam Pilgub Sultra yang memborong partai, maka terkesan kurang baik.
“Kalau memborong partai itu, memang memungkinkan terjadinya pilkada melawan kotak kosong. Sah-sah saja untuk mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya, namun jika ada figur lain yang bisa diberikan kesempatan, maka jangan menutup peluang juga bagi figur lain,” tuturnya.
WON percaya, jika dalam Pilkada Sultra ini masih ada pemimpin partai yang tidak suka dengan kotak kosong, sehingga masih memungkinkan untuk Balon lain mendapatkan pintu partai dan tidak dikuasai hanya dengan satu balon saja.
Reporter: Ilmi
Editor: Ann