Program JKN, Harapan Bagi Keluarga di Kota Kendari Kala Darurat
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Menghadapi situasi darurat pada kesehatan sang anak bisa menjadi momok bagi banyak orang tua, apalagi saat terjadi di tengah malam.
Hal inilah yang dialami oleh Evi (24), seorang ibu muda yang harus membawa anaknya, Arsya (2), ke Klinik Sarlina Saf di tengah malam akibat demam tinggi yang mencapai 40°C.
Arsya tidak hanya mengalami demam, tetapi juga batuk dan flu, yang semakin memperburuk kondisinya.
Pada malam yang penuh kekhawatiran itu, Evi dan keluarganya tidak punya pilihan selain segera menuju klinik untuk mendapatkan bantuan medis.
Setelah beberapa jam di rumah mencoba berbagai cara untuk menurunkan suhu badan Arsya, termasuk memberikan obat penurun panas, namun panas anaknya tetap tidak turun.
“Sudah dua hari panas tinggi sekali di rumah terus sudah saya berikan penurun panas namun panasnya tidak kunjung turun,” ungkap Evi.
Kondisi ini membuat Evi semakin khawatir, terutama ketika melihat Arsya mulai tampak lemas dan tidak bertenaga.
“Alhamdulillah, kami langsung memutuskan untuk pergi ke klinik ketika melihat suhu Arsya tak kunjung turun. Kami sangat khawatir, apalagi dia terlihat sangat loyo,” ucapnya.
Setibanya di Klinik Sarlina Saf, Evi merasa lega ketika Arsya segera mendapatkan penanganan dari tim medis. Dalam waktu singkat, perawat segera memeriksa Arsya dan memberikan tindakan medis yang diperlukan.
“Alhamdulillah, malam itu Arsya langsung ditangani oleh perawat, dan panasnya berangsur turun. Padahal saat di rumah, kami sudah sangat panik dan khawatir,” ujarnya.
Evi juga menuturkan pengalamannya saat mengurus administrasi di Klinik Sarlina Saf. Menurutnya, proses administrasi di klinik tersebut sangat sederhana dan tidak merepotkan.
“Saya hanya memperlihatkan kartu keluarga saja kepada petugas, tidak ada berkas tambahan yang harus saya siapkan. Ini sangat memudahkan kami, apalagi dalam situasi mendesak seperti itu,” ungkapnya.
Selama masa perawatan Arsya di klinik, Evi tidak menemukan kendala apapun dalam layanan yang diberikan oleh tim medis.
Menurutnya, dokter dan perawat di Klinik Sarlina Saf sangat sigap dalam memberikan bantuan dan selalu memastikan Arsya dalam kondisi yang baik.
“Dokter dan perawat selalu siap membantu, memberikan tindakan medis yang diperlukan, dan memastikan Arsya mendapat perawatan terbaik. Kami merasa sangat terbantu,” tambahnya.
Evi juga mengapresiasi kenyamanan fasilitas perawatan di klinik tersebut. Ia menyatakan bahwa meskipun keluarganya merupakan penerima bantuan pemerintah, mereka tetap mendapatkan layanan yang setara dengan peserta lainnya.
“Ruangan perawatannya sangat nyaman, meskipun kami ini hanya peserta penerima bantuan dari pemerintah. Tidak ada perbedaan dalam pelayanan yang kami rasakan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Evi menyampaikan bahwa program bantuan kesehatan dari pemerintah ini sangat membantu masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.
Baginya, layanan kesehatan seperti yang ia rasakan di Klinik Sarlina Saf merupakan bukti bahwa semua masyarakat, tanpa memandang status ekonomi, dapat mengakses fasilitas kesehatan yang layak.
“Program pemerintah ini benar-benar membantu masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Kami tidak merasa dibedakan dengan peserta yang membayar secara mandiri. Pelayanan yang kami terima sangat baik, dan kami sangat bersyukur,” ujarnya.
Evi berharap agar program ini terus berjalan dan tetap membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan bantuan kesehatan.
“Saya berharap program ini tetap berjalan, karena sangat membantu kami yang benar-benar memerlukan bantuan. Tidak ada lagi yang harus takut ke rumah sakit atau klinik ketika memerlukan perawatan medis,” tutupnya.
Program JKN yang dihadirkan pemerintah memberikan akses bagi masyarakat, khusunya masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas di fasilitas kesehatan seperti halnya di Klinik Sarlina Saf diharapkan dapat terus berlanjut.
Melalui program ini, masyarakat dari berbagai kalangan dapat merasa aman dan nyaman ketika membutuhkan penanganan medis, tanpa perlu khawatir akan perbedaan dalam pelayanan. (kjs)