KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Revitalisasi Pasar Sentral Wua-wua tak seindah yang diharapkan. Sejak gedung itu dibangun tahun 2011 dan diresmikan dua tahun lalu oleh Wali Kota Kendari saat itu, Asrun, kondisi Pasar Sentral Wua-wua masih sepi dari pengunjung.
Pengunjung dan pembeli di pasar ini bisa dihitung dengan jari. Kondisi ini membuat para pedagang menjerit. Sepinya pengunjung yang datang berbelanja berpengaruh pada omzet mereka. Dalam sehari, kadang mereka hanya mendapat Rp30.000 sampai dengan Rp70.000.
Syarif (40), penjual aksesoris, mengaku, selama menjual disini pendapatannya menurun drastis. Sepinya pembeli di Pasar Sentral Wua-wua, menurut Syarif, karena adanya pasar swasta eks Pasar Panjang.
“Harusnya pemerintah memikirkan nasib kami sebagai pedagang. Kami sudah menyewa mahal-mahal lods ini. Bahkan untuk menyewa lods, saya jaminkan sertifikat tanah di bank untuk dapatkan pinjaman. Kalau begini keadaanya, kita mau bayar pakai apa untuk menutupi kredit di bank,” keluhnya.
Dikatakan syarifuddin, selama ada Pasar Panjang, Pasar Sentral Wua-wua tidak akan ramai. Dirinya sangat menyaayangkan langkah Pemerintah Kota Kendari yang seakan tidak tegas menertibkan eks Pasar Panjang.
“Tadinya saya pikir penertiban eks Pasar Panjang yang kedua kalinya bisa berhasil merelokasi pedagang untuk berjualan di Pasar Sentral Wua-wua. Ternyata tidak. Hanya hitungan hari, pedagang mulai berjualan lagi,” katanya.
Hal senada diungkapkan Aji (55), pedagang lainnya. sepinya pengunjung sangat terasa.
“Untung untungan jualan saya laku dalam sehari Rp50.000, itupun kadang-kadang tidak setiap hari. Awalnya saya menggaji orang untuk menjagakan jualan. Tapi kondisinya seperti ini, saya terpaksa jaga sendiri,” tuturnya.
Kondisi seperti ini menyebabkan banyak pedagang Pasar Sentral Wua-wua yang kembali berjualan di eks Pasar Panjang.
“Saya minta kepada Pemerintah Kota Kendari untuk hidupkan Pasar Sentral Wua-wua. Sayang kan, pemerintah sudah membangun pasar dengan biaya 67 milyar tapi tidak dimanfaatkan dengan semestinya,” jelasnya.
Reporter: Ningsih
Editor: Rani