Ekobis

BI Catat Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pascapandemi Tak Pernah Sentuh 6 Persen

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Sultra pascapandemi Covid-19 tidak pernah menyentuh angka 6 persen.

Berdasarkan catatan beberapa tahun di era pra pandemi, pertumbuhan ekonomi Sultra berada di atas 6 persen.

Kepala BI Perwakilan Sultra, Doni Septadijaya, mengatakan, di era pra pandemi selama lima tahun sejak 2015-2019, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen hingga 6,6 persen.

“Kalau kita lihat berdasarkan event analysis, pertumbuhan ekonomi pra pandemi berada di 6 persen, namun pascapandemi sampai saat ini tidak pernah lagi menyentuh 6 persen,” katanya, Rabu (12/2/2025).

Lanjutnya, Doni menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 sebesar 6,63 persen, 2016 sebesar 6,51 persen, 2017 sebesar 6,76 persen, 2018 sebesar 6,40 persen, dan 2019 sebesar 6,50 persen.

Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi Sultra terus menunjukkan tren di atas nasional serta inflasi terus terjaga. Hal ini didorong oleh pertambangan nikel, pertanian, perkebunan cokelat, dan konstruksi.

“Kemudian pada era pandemi, pertumbuhan ekonomi terkontraksi sebesar -0,65 persen, hal ini disebabkan penerapan PPKM yaitu dengan adanya pembatasan mobilitas transportasi dan terbatasnya kontak fisik, sehingga pergerakan ekonomi terbatas,” terangnya.

Selanjutnya, pada tahun 2021 dan 2022 di era masa pemulihan, masing-masing pertumbuhan ekonomi tercatat 4,10 persen dan 5,53 persen. Ini disebabkan karena adanya relaksasi PPKM, kebijakan hilirisasi nikel berlaku dan quantitative easing.

Masuk pada era pascapandemi, di tahun 2023 dan 2024 masing-masing pertumbuhan ekonomi tercatat 5,35 persen dan 5,08 persen.

“Pertumbuhan ini karena berakhirnya PPKM, pengetatan penangkapan ikan terukur, Pemilu dan Pilkada, Bendungan Ameroro mulai beroperasi, pergeseran musim tanam,” ungkapnya.

Di sisi lain ada tantangan kondisi gejolak geopolitik yakni perang Rusia-Ukraina berdampak pada kenaikan harga minyak dunia, pertumbuhan ekonomi global lambat dan inflasi tinggi, curah hujan tinggi, El Nino, hingga krisis perumahan di Tiongkok. (bds)

 

Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button