Habis Langka, Terbitlah Mahal
BOMBANA, DETIKSULTRA.COM – Indonesia dikenal sebagai pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), total nilai ekspor kelapa sawit Indonesia mencapai US$17,36 miliar pada 2020 dan menjadi salah satu sumber devisa dari ekspor nonmigas terbesar dalam dompet Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Selain diolah menjadi biodiesel, kelapa sawit juga diolah menjadi minyak goreng yang saat ini sudah menjadi kebutuhan harian masyarakat. Tetapi sayang, awal tahun masyarakat Indonesia dihadapkan dengan minyak goreng yang langka dan harganya mahal.
Kelangkaan minyak goreng tak hanya terjadi di satu daerah, melainkan di seluruh pelosok Nusantara. Banyak tudingan yang menyebut ada mafia di balik kelangkaannya. Seperti yang terjadi di Deli Serdang Sumatera Utara misalnya ditemukan 1, 1 juta kilogram timbunan minyak goreng.
Contoh di Kabupaten Bombana, tak sedikit warga yang didominasi ibu-ibu rela berpanas-panasan mengantre demi mendapatkan minyak goreng. Itupun hanya dibatasi dua kilogram per orang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemprov Sultra dan Pemkab Bombana bahkan mengancam mencabut izin usaha jika menemukan ada yang mencoba menimbun minyak goreng.
Ibu Elis (55) warga Kelurahan Kasipute Kabupaten Bombana misalnya, tak tahu lagi mau cari ke mana minyak goreng. Hampir semua toko sembako di daerah Ibu Elis ia sambangi, bahkan hingga ke kota Kendari. Tetapi, tetap saja tidak ada.
Sesekali toko ritel ternama mendatangkan minyak goreng. Jika beruntung bisa dapat dengan harga yang tidak terlalu mahal, itupun harus dapat kupon terlebih dahulu yang juga dibatasi untuk bisa mengantre.
Hari Sabtu merupakan hari pasar di Sentral Tadoha Mapaccing Rumbia. Beragam pedagang menggelar dagangannya di sana. Pikirnya, pasti ada yang jual minyak goreng di sana.
Dan benar saja, Ibu Elis menemukan seorang penjual minyak goreng. Tetapi, betapa kagetnya ia mendengar harga dari minyak itu. Ya, Rp108 ribu per dua liter. Tak pikir panjang ia pun membelinya.
“Sejak langka minyak goreng, di rumah susah mau buat masakan yang menggunakan minyak goreng. Sudah langka kalaupun ada mahal. Biasanya per dua liter hanya 37 ribu sekarang sampai 108 ribu perdua liter,” kata Ibu Elis beberapa waktu lalu.
Ibu Elis berharap kelangkaan minyak ini bisa segera berakhir dengan harga yang semestinya. Sehabis langka, kini minyak goreng sedikit demi sedikit mulai bermunculan di toko – toko ritel ternama, tetap dengan harga di atas harga sebelumnya yakni 58 ribu perdua liter.
Pemerintah seolah kalah menghadapi tekanan pengusaha minyak goreng. Bahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta aparat penegak hukum untuk segera menangkap jika ditemukan ada mafia minyak goreng.
Saat ini sebagian masyarakat kini beralih menggunakan minyak goreng yang terbuat dari bahan kelapa, sambil menunggu hingga persoalan kelangkaan ini bisa teratasi. (bds*)
Penulis : Arif
Editor: J. Saki