Metro Kendari

Beranikah NasDem Tunjuk Hartini Azis, Perempuan Pertama Pimpin DPRD Sultra

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – NasDem tengah menggodok tiga nama calon Ketua DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra) periode 2024-2029. Di antara nama itu, ada Hartini Aziz, istri Bupati Kolaka Timur (Koltim).

Meski baru pertama kali mencalonkan diri, pencapaiannya dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) yang dilaksanakan Februari 2024 lalu sangat mengesankan. Dengan waktu yang relatif singkat, ia berhasil meraih 23.696 suara individu, jauh melebihi ekspektasi orang-orang.

Keberhasilannya meraup suara terbanyak di NasDem akhirnya mengunci satu kursi di DPRD Sultra untuk dapil Kolaka, Koltim, dan Kolaka Utara (Kolut). Ia pun, digadang-gadang menjadi calon Ketua DPRD Sultra terkuat.

Tahir Kimi, salah satu tokoh NasDem yang juga Sekretaris DPW NasDem Sultra bahkan menyebut sebagai angin segar bagi jalan politik NasDem. Meskipun baru bergabung dengan partai tersebut, Hartini berhasil mengumpulkan suara terbanyak, sebuah prestasi yang jarang bisa dicapai oleh pendatang baru.

“Pencapaian Hartini adalah kemenangan bagi kita semua. Suara dan dukungan masyarakat menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang diinginkan rakyat,” kata Tahir dalam rilis yang diterima awak media ini, Sabtu (10/8/2024).

Keinginan wanita kelahiran Tongauna, 27 Juli 1988, begitu kuat setelah didukung suaminya, Bupati Koltim, Abdul Aziz. Ia menyampaikan perjalanan karier hingga mencapai puncak kesuksesan saat ini tidak lepas dari peran istrinya.

“Saya bangga dan terharu. Hartini menunjukkan dedikasi dan komitmen tinggi. Sebagai suami, saya selalu mendukung langkahnya dan yakin dia akan membawa perubahan positif,” ucap dia.

Abdul Azis menggambarkan perjalanan politik Hartini sebagai melukis kanvas kosong dengan warna cerah. Hasil yang diperoleh Hartini adalah bukti nyata dari keinginan masyarakat untuk
kepemimpinan baru, seolah-olah seorang pelukis ulung yang menghasilkan karya seni menakjubkan pada percobaan pertama.

Sementara itu, pengamat politik Sultra, Awaluddin Maruf, mengatakan, hasil akhir pemilihan Ketua DPRD Sultra sangat bergantung pada mekanisme internal partai masing-masing.

“Keputusan partai dalam menentukan ketua DPRD dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jumlah suara yang diperoleh, pengalaman, kapasitas kepemimpinan, serta keterwakilan gender merupakan pertimbangan penting,” katanya.

Awaluddin menekankan bahwa meskipun suara terbanyak menjadi indikator utama, pengalaman dan kapasitas kepemimpinan juga sangat penting.

Hartini, yang baru bergabung dengan Partai NasDem, memperoleh suara terbanyak, namun lobi dari aktor-aktor politik, termasuk suaminya yang juga tokoh NasDem, dapat mempengaruhi keputusan partai.

“Saat ini, Sudarmanto, sebagai incumbent dengan suara terbanyak di Kota Kendari, juga memiliki peluang besar karena pengalamannya yang lebih dibandingkan Hartini,” tambah Awaluddin.

Namun, Awaluddin mengakui kurangnya informasi mendalam tentang Hartini. Ia seorang istri Bupati Koltim tetapi latar belakang dan kapasitas politiknya masih belum jelas. Meski begitu, tingginya suara elektoralnya menjadikannya kandidat kuat.

Menurut Awaluddin, jika partai tidak ingin repot mencari tahu lebih jauh, suara terbanyak seringkali menjadi faktor utama dalam pemilihan Ketua DPRD Sultra.

“Melihat dari segi politik suara, Hartini seharusnya menjadi kandidat utama untuk Ketua DPRD Provinsi Sultra,” jelas dia.

Akademisi yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Haluoleo (UHO) Kota Kendari, Efrianto juga mengemukakan pandangannya. Menurut dia, kehadiran tokoh-tokoh baru dalam politik bisa diibaratkan seperti komputer yang di-restart, sebagai upaya penyegaran di kalangan elite.

Harapannya, tokoh-tokoh baru ini bisa membawa ide-ide dan perspektif yang segar. Misalnya, Hartini Aziz, yang baru-baru ini meraih 23.696 suara dalam pemilu. Hartini adalah istri seorang bupati, dan sukses memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk meraih dukungan besar.

“Brand politik yang kuat, ditambah dukungan dari mesin politik partai, menjadikannya figur yang efektif dalam meraih suara,” tuturnya.

Menurut Efrianto, tentu saja partai politik adalah mesin yang sangat efektif dalam mendukung dan mempromosikan kandidat. Dalam hal ini, NasDem berhasil memposisikan Hartini Aziz sebagai calon yang kuat, tidak hanya melalui wacana, tetapi juga melalui kerja-kerja organik di lapangan.

Ini menciptakan realitas baru dalam politik, terutama di level DPRD provinsi. Dengan perolehan suara yang signifikan, Hartini telah menunjukkan potensi besar sebagai figur politik.

Tantangan terbesar bagi Hartini, sebagai tokoh baru di politik praktis, kata dia, adalah menghadapi struktur politik yang sudah lama terbentuk. Meski dia bukan orang baru di politik—karena selama ini dia terlibat sebagai istri bupati—namun keterlibatannya secara langsung baru dimulai pada tahun 2024 ini.

Dia mengatakan, isu gender dalam hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Ini lebih tentang bagaimana memanfaatkan kekuasaan dengan baik. Status sebagai perempuan atau laki-laki bukanlah faktor utama, melainkan bagaimana kekuasaan tersebut dijalankan secara efektif.

Sebenarnya, katanya, yang perlu dilihat adalah prospek Partai NasDem, bukan hanya prospek pribadi Hartini. Kinerja Hartini di masa mendatang akan berbanding lurus dengan posisi dan kinerja partai.

Jika NasDem terus dipimpin oleh figur yang sama dan strategi yang sama, hasilnya tidak akan jauh berbeda dari sekarang. Namun, perubahan signifikan bisa terjadi jika ada pergantian kepemimpinan atau strategi yang berbeda.

“Penting bagi Hartini untuk memperkuat dukungan dari partai politiknya dan menjaga hubungan dengan konstituen. Banyak politisi gagal karena tidak mampu merawat hubungan dengan konstituen atau jaringan pertemanan mereka. Selain itu, fokus pada isu-isu lokal juga sangat penting, karena isu lokal adalah fondasi yang kuat dalam politik di daerah,” ungkapnya.

Terkait calon ketua DPRD Sultra dari NasDem, Efrianto memetakan ketiga kandidat tersebut, yaitu Sudarmanto Saeka, Hartini Aziz, dan La Ode Tariala, semuanya memiliki potensi yang besar. Masing-masing memiliki track record dan kemampuan politik yang kuat.

Namun, siapa yang akan terpilih sangat bergantung pada kemampuan lobi mereka. Meskipun Hartini baru di dunia politik praktis, struktur politik yang mendukungnya sudah bekerja dengan baik, dan itu bisa menjadi faktor penentu.

Aktivis perempuan, juga Direktur Rumpun Perempuan Sulawesi Tenggara (RPS), Husnawati, menilai pencapaian Hartini sebagai langkah luar biasa.

“Keberhasilan Hartini seharusnya diakui sebagai hasil dari kapasitas dan kerja kerasnya, bukan hanya berdasarkan gender,” ungkap Husnawati.

Hartini, meski baru terjun ke politik, telah menunjukkan kemampuannya dengan meraih dukungan suara terbesar. Ini mencerminkan perubahan positif dalam pandangan masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap kepemimpinan perempuan.

Husnawati menegaskan pentingnya komitmen Hartini untuk memperkuat peran perempuan dalam politik dan memastikan visi-visinya terwujud.

Husnawati berharap Hartini dapat menginspirasi lebih banyak perempuan di Sulawesi Tenggara untuk terlibat dalam politik.

“Perempuan memiliki perspektif unik dalam menangani isu-isu spesifik yang perlu diperhatikan,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara Hartini dan organisasi-organisasi perempuan untuk memperkuat posisinya di parlemen dan memastikan isu-isu krusial seperti kesetaraan gender mendapat perhatian.

Sebagai penutup, Husnawati menyatakan bahwa kebijakan yang pro-perempuan dan pro-kelompok rentan sangat penting. Pencapaian Hartini Azis adalah langkah maju tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh perempuan di Sultra yang bercita-cita untuk mengambil peran lebih besar dalam politik.

“Kita tidak hanya berbicara soal dapil, tetapi juga tentang bagaimana mewakili seluruh masyarakat Sultra,” tutupnya.

Di Koltim, Hartini Azis dianggap sebagai harapan baru. M Syahrul, seorang petani, menggambarkan Hartini sebagai cahaya di tengah kegelapan. “Kami bangga dan optimis. Hartini selalu turun langsung, mendengarkan keluhan dan harapan kami. Jika dia menjadi Ketua DPRD, kami yakin dia akan memperjuangkan kepentingan rakyat.”

Siti Hajar, ibu rumah tangga, menilai Hartini sebagai contoh nyata bagi perempuan di Sulawesi Tenggara.

“Hartini adalah inspirasi. Dia menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang kuat dan efektif. Kami berharap pencalonannya membuka jalan bagi lebih banyak perempuan dalam politik.”

Hartini Azis mengungkapkan tekadnya untuk membawa perubahan positif, dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sultra yang telah memberikan dukungan. Jika diberi kesempatan menjadi Ketua DPRD, ia berjanji akan bekerja keras demi kesejahteraan masyarakat.

Hartini mencanangkan visinya untuk menjadikan Sulawesi Tenggara sebagai daerah yang maju, sejahtera, dan berkeadilan dengan pemerintahan yang transparan. Misinya meliputi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur, pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta pelestarian lingkungan dan penguatan kebudayaan lokal.

“Visi dan misi ini adalah peta jalan menuju masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.

Peluang Hartini Azis untuk menjadi Ketua DPRD Sultra adalah gambaran perjalanan yang menggetarkan dan penuh warna. Dengan pencapaian luar biasa sebagai pendatang baru di politik, Hartini telah menunjukkan bahwa ia adalah kandidat yang layak memimpin. Dukungan keluarga, masyarakat, dan berbagai elemen menunjukkan besarnya harapan yang diletakkan padanya.

Dalam perjalanan ini, Hartini Azis adalah simbol harapan dan perubahan. Seperti bintang yang bersinar di langit malam, ia membawa sinar baru ke panggung politik Sulawesi Tenggara. Dengan tekad, dedikasi, dan dukungan luas, Hartini siap membimbing Sulawesi Tenggara menuju masa depan yang lebih baik dan cerah. (kjs)

Reporter: Sunarto
Editor: Biyan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button